PROPOSAL PRAKTEK KERJA
PABRIK KARET
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA
VII
UNIT PADANG PELAWI
OLEH :
IRFAN
WARDOYO E1G013043
ARROFATH
MUNAWAR E1G013044
AFDITIKA KLARASSENYA E1G013045
ANNISA
ISKANDAR E1G013047
RENDI
ANDRIAN E1G013048
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI
INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara agraris
yang sudah terkenal sejak zaman dahulu. Potensi ini didukung oleh faktor-faktor
alam seperti iklim dan tanahnya yang subur. Sektor pertanian di Indonesia
memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian negara karena kegiatan
agroindustri yang berbasis pertanian mampu memberikan devisa bagi negara. Kedua
kegiatan tersebut harus kita kembangkan dan kita tingkatkan terutama
agroindustri yang cukup diperhitungkan.
Karet merupakan salah satu komoditi
unggulan sektor pertanian dari subsektor perkebunan yang setiap tahun
berkembang dengan pesat disertai industri pengolahannya. Karet telah mendapat
perhatian tersendiri khususnya bagi Provinsi Bengkulu. Lahan perkebunan karet
di Propinsi Bengkulu telah mencapai puluhan ribu hektar dengan tingkat produksi
yang tinggi dan telah memberi kontribusi yang tidak sedikit bagi Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Pengembangan disektor ini masih sangat diperlukan dan masih
sangat memungkinkan mengingat diversivikasi produk yang dapat dihasilkan dan
nilai tambah yang diperoleh.
Perkebunan karet merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh kembangnya
sistem agribisnis karet. Sistem agribisnis karet merupakan gabungan subsistem sarana produksi pertanian
(agroindustri hulu), pertanian, industri hilir, dan pemasaran yang dengan cepat
akan merangkaikan seluruh subsistem untuk mencapai skala ekonomi.
Kemajuan dalam
bidang agribisnis karet Indonesia ditandai dengan semakin menyempitnya
spesialisasi fungsional dan semakin jelasnya pembagian kerja berdasarkan
fungsi-fungsi sistem agrobisnis. Usaha agribisnis karet indonesia telah dikembangkan dengan orientasi bisnis
untuk mencari keuntungan dengan konsep sistem agribisnis terpadu. Sistem
agribisnis dikelompokkan menjadi 4 subsistem kegiatan, yaitu pengadaan sarana
produksi (agroindustri hulu), kegiatan produksi primer (budidaya), pengolahan
(agroindustri hilir) dan pemasaran. Perkembangan agribisnis karet idealnya diarahkan pada agribisnis skala kecil sampai
menengah di pedesaan dengan teknologi tepat guna.
Untuk
mengembangkan Agroindustri di Indonesia, kita masih memiliki kendala berupa
rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini dapat dilihat dari masih
sedikitnya agroindustri yang berkembang di Indonesia yang tidak sebanding dengan sumber dayaalam yang
jumlahnya cukup banyak. Rendahnya kualitas sumber daya manusia menyebabkan Indonesia terkadang harus mengimpor
produk yang
seharusnya bisa kita produksi sendiri.
Pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) Indonesia agar mampu
bersaing secara kompetitif dengan bangsa-bangsa lain.
Perguruan
tinggi sebagai salah satu lembaga ilmiah berkewajiban untuk menciptakan manusia
Indonesia berkualitas yang tidak hanya menguasai aspek-aspek teknis tetapi juga
dituntut untuk memilki kemampuan marjinal. Salah satu upaya untuk mewujudkan
hal tersebut dengan diadakannya mata kuliah praktek kerja bagi mahasiswa.
Dengan praktek kerja ini diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan teori-teori
yang diberikan di bangku kuliah dengan dunia kerja nyata sehingga nantinya
mereka akan menjadi tenaga kerja profesional yang siap terjun kedalam
lingkungan agroindustri.
Praktek kerja
ini merupakan mata kuliah wajib bagi Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian
(TIP). Mata kuliah ini sangat penting bagi mahasiswa Teknologi Industri
Pertanian karena dengan melakukan praktek kerja mereka akan memiliki pengalaman
yang berguna untuk memasuki dunia kerja nyata.
1.2 Tujuan Praktek Kerja
1.2.1
Tujuan Instruksional Umum
a.
Mahasiswa mampu
memahami berbagai kaitan antara faktor-faktor di bidang industri pertanian
sebagai suatu mikro maupun makro.
b. Mahasiswa
mampu menganalisa secara analitik aspek teknis, perencanaan dan pengelolaan
operasional sistem industri pertanian.
c.
Mahasiswa mempunyai
keterampilan dalam pengamatan, pengumpulan data
dan informasi serta pengorganisasiannya dan laporan teknis yang baik.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
a. Memperoleh
informasi umum perusahaan.
b. Memperoleh
informasi sistem penanganan bahan baku.
c. Mengetahui
dan memahami proses pengolahan dan produksi karet.
d. Mengetahui
dan memahami tentang sanitasi dan pengolahan limbah karet.
e. Mampu
mengetahui dan memahami pengendalian produk karet.
1.3 Manfaat Praktek Kerja
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Menyelaraskan
teori yang diperoleh dengan praktikum lapangan.
b. Memberi
pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa tentang dunia kerja.
c. Mengetahui
kiat-kiat untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada suatu industri ditinjau
dari aspek manajerial.
1.3.2 Bagi Perusahaan
Informasi
dan data yang diperoleh selama praktek kerja akan disusun dalam bentuk laporan
praktek kerja. Pada laporan tersebut akan disampaikan pendapat dan masukan
berdasarkan kajian literatur dan diskusi ilmiah yang dapat dimanfaatkan oleh
pihak perusahaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran
Umum Komoditas ( Karet)
Karet
merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20
tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada
tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada
tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai
US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas (Anonim,
2014).
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki
posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga
memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas
usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya
(Anwar, 2001).
Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon
karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah
percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di
Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga
sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan
Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman
karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor (Deptan, 2006).
Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman
getah-getahan. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman
yang banyak mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar
apabila jaringan tanaman terlukai (Santosa, 2007).
Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15 m sampai 25
m. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Batang
tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata
berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Siregar,1995).
Sejumlah
lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet,
sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area
perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan
perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8%
perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun
2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan
bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani
dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet (Anonim,
2014).
Secara
lengkap, struktur botani tanaman karet tersusun sebagi berikut:
• Divisi : Spermatophyta
• Sub Divisi : Angiospermae
• Kelas : Dicotyledonae
• Ordo : Euphorbiales
• Famili : Euphobiaceae
• Genus : Hevea
• Spesies : Hevea braziliensis.
Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut:
o Tinggi tempat 0 - 200 meter diatas permukaan laut
o Curah hujan 1.500 - 3.000 mm/tahun
o Bulan kering kurang dari 3 bulan
o Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam
o Kemiringan tanah kurang dari 10%
o Tekstur tanah terdiri dari lempung berpasir dan liat berpasir
o Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimum 15%
o pH tanah berkisar 4,3 - 5,0
o Drainase tanah sedang
• Divisi : Spermatophyta
• Sub Divisi : Angiospermae
• Kelas : Dicotyledonae
• Ordo : Euphorbiales
• Famili : Euphobiaceae
• Genus : Hevea
• Spesies : Hevea braziliensis.
Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut:
o Tinggi tempat 0 - 200 meter diatas permukaan laut
o Curah hujan 1.500 - 3.000 mm/tahun
o Bulan kering kurang dari 3 bulan
o Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam
o Kemiringan tanah kurang dari 10%
o Tekstur tanah terdiri dari lempung berpasir dan liat berpasir
o Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimum 15%
o pH tanah berkisar 4,3 - 5,0
o Drainase tanah sedang
Tanaman
karet memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu:
1. Dapat
tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen
hasilnya meskipun tanah tidak subur
2. Mampu
membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering
beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis.
3. Dapat
memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakan. Prospek harganya
juga cukup baik walaupun sering berfluktuasi/tidak stabil (Anonim2, 2014)
Menurut
Maggie (2016) jenis-jenis karet antara lain adalah:
1. Karet
Alam
Karet alam mempunyai sifat daya
elastisitas dan daya lentur yang baik, plastis dan tidak mudah panas, dan tidak
murah retak, berbagai jenis karet alam yaitu :
a. Bahan
Olah Karet
Bahan
olah karet yaitu bahan mentah yang digunakan untuk pengolahan di pabrik.
Terdiri dari lateks kebun, lembar angin, lapisan (slab) tipis, gumpalan (lumb)
segar. Semuanya berasal langsung dari pohon karet atau telah mengalami proses
pengolahan yang minimal oleh penyadap.
b. Karet
Alam Konvensional
Karet
yang telah diolah dari bahan lateks alami. Secara garis besar terdiri atas 2
golongan yaitu lembaran (sheet) dan lembaran tebal (crepe). Karet alam konvensional
terbagi atas beberapa jenis seperti Ribbed Smoked Sheet (RSS), White
Creep and Pale Creep, Estate Brown Crepe, Compo Crepe, Thin Brown Crepe
Remills, Thick Blanket Crepe Amber, Plat Bark Crepe, Pure Smoked
Blanket Crepe, Off Crepe.
c. Lateks
Pekat
Bahan untuk pembuatan
barang yang tipis dan bermutu tinggi.
d. Karet
Bongkah
Berasal
dari karet remah yang dikeringkan dan di kilang menjadi bandela-bandela dengan
ukuran yang ditentukan.
e. Karet
Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber)
Karet
yang dibuat secara khusus. Sehingga mutu teknisnya terjamin yang penetapannya
didasarkan pada sifat-sifat teknis. Karet ini dikemas dalam bongkahan
kecil dengan berat dan ukuran seragam.
f.
Karet Ban (Tyre Rubber)
Karet
setengah jadi, sehingga bisa langsung digunakan oleh konsumen, seperti untuk
membuat ban.
g. Karet
Reklaim (Reclaimed Rubber)
Karet
yang didaur ulang dari karet bekas, seperti bekas roda-roda karet berjalan
pabrik, bekas ban mobil. Kelebihan karet ini adalah daya lekatnya bagus, kokoh,
awet dan tahan lama, relatif lebih tahan terhadap bensin dan minyak pelumas
dibandingkan karet alam yang baru dibuat. Kekurangannya adalah kurang kenyal
dan kurang tahan gesekan.
2. Karet
Sintesis
Karet sintesis terdiri atas 2 macam
yaitu karet sintesis untuk kegunaan umum seperti SBR (Styrene Butadiene
Rubber), BR (Butadiene Rubber), atau PR (Polybutadiene Rubber), IR
(Isoprene Rubber) dan karet sintesis untuk kegunaan khusus seperti karet
yang memiliki ketahanan terhadap minyak, oksidasi, panas atau sihu tinggi dan
kedap gas diantaranya IIR (Isobutene Isoprene Rubber), NBR (Nytrite
Butadine Rubber), CR (Chloroprene Rubber), dan EPR (Etylene Propylene
Rubber).
Kelebihan karet sintesis dibandingkan
karet alam yaitu tahan minyak karena karet ini banyak digunakan untuk pembuatan
pipa karet untuk minyak dan bensin, seal, gasket. Karet CR mempunyai kelebihan
tahan api, untuk pembuatan pipa karet pembungkus kabel, seal, gasket,
sabuk/ban berjalan. Jenis IR yang tahan gas digunakan untuk campuran pembuatan
ban kendaraan bermotor, pembalut kabel listrik, serta pelapis tangki penyimpan
minyak atau lemak.
2.2
Panen dan Penanganan Bahan Baku
2.2.1
Kriteria Bidang Sadap
Tanaman karet siap sadap bila sudah
matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil
lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan
tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur
dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm
diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan
tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah
berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi
lateksnya (Santosa, 2007).
Mulai umur 16 tahun produksi
lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya
akan menurun. Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas
kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat
membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka
sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling
dalam 1,5 mm sebelum kambium (Radjam, 2009).
Sadapan dilakukan dengan memotong
kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari
horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam
sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan
pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke
bawah.. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah
itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke
dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap.
Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes
tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah (Anwar, 2001).
2.2.2 Waktu Penyadapan
Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar
pemikirannya: Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi
oleh tekanan turgor sel Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang
fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang Pelaksanaan penyadapan dapat
dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup terang (Nazaruddin dan Paimin,
1998).
Tanda-tanda kebun mulai disadap adalah umur
rata-rata 6 tahun atau 55% dari areal 1 hektar sudah mencapai lingkar batang 45
Cm sampai dengan 50 Cm. Disadap berselang 1 hari atau 2 hari setengah lingkar
batang, denga sistem sadapan/rumus S2-D2 atau S2-D3 hari (Maryadi, 2005).
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu,
pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi
sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang
sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut
di atas tiba (Anwar, 2001).
2.2.2 Bagian-Bagian Tanaman Karet Yang Disadap
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon
tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan
terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap
dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang
layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal
kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat
disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin
meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat
dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun
(Santosa, 2007).
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium
dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat
membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka
sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling
dalam 1,5 mm sebelum cambium (Aidi dan Daslin, 1995).
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah
dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang
berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses
penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil,
melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini akan
mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang
yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan
pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir
lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan
wadah (Maryadi, 2005).
2.2.4 Pemulihan Bidang Sadap
Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika
terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid,
pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya
berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah Untuk
memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu
agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan
tetap memperhatiakan faktor kesehatan tanaman agar tanaman dapat berproduksi
secara optimal dan dalam waktu yang lama (Siregar, 1995).
Dalam praktiknya untuk kelangsungan produksi, hal yang sangat mendasar
adalah di dalam pemulihan bidang sadap. Agar bidang sadap dapat kembali pulih
tentu ada yang dipelukan di dalam penyadapanya. Menghindari penggunaan Ethepon
pada pohon yang kena kekeringan alur sadap adalahsalah satu cara agar bidang
sadp dapat kembali pulih dan pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu
diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit (Santosa, 2007 ).
Memperistirahtkan tanaman dalam waktu tertentu juga merupakan konsep
pemulihan bidang sadap, karena tanaman akan mengoptimalakan kembali
bagian-bagian tanaman yang telah mengalami pelukaan. Begitu juga dengan
pemberian unsur hara untuk kelnjutan tanaman itu sendiri sehingga pertumbuhanya
akan lebih optimal tentunya pemulihan bagian-bagian yang disadap (Nazaruddin
dan Paimin, 1998).
2.3
Proses Pengolahan dan Produksi
1.
Penerimaan
bahan baku
Bahan
baku (bokar) berasal dari kebun inti dan pembelian. Proses penerimaan diawali
dari penimbangan di jembatan timbang (Avery weight) dengan kapasitas 40 ton.
Setelah penimbangan dilakukan sortasi di loading ramp dan pengujian KKK (kadar
karet kering).
2.
Pengolahan
Basah
Pengolahan
diawali dari proses pencacahan lump / slab di slab cutter untuk memperkecil
ukuran lump / slab menjadi ± 5 cm. Cacahan masuk ke hammer mill 1 untuk
diperkecil ukurannya menjadi ± 3 cm dan hammer mill 2 untuk diperkecil manjadi
± 2 cm. setelah itu cacahan masuk ke bak blending untuk proses blending dan
membersihkan kontaminasi. Pembentukan lembaran crepe dilakukan melalui
penggilingan di macerator, creper jumbo I, creper jumbo II, creper jumbo III,
dan creper finisher. Lembaran crepe yang terbentuk di jemur di predrying selama
minimal 12 hari untuk kemudian di olah manjadi SIR.
3.
Pengolahan
Kering dan Packing
Crepe
yang telah berumur min. 12 hari diolah menjadi remahan di shredder. Remahan
dimasukkan kedalam troly kemudian masuk ke dryer untuk dikeringkan pada suhu
118oC - 129oC.
Remahan yang telah masak di press dengan balling press untuk membentuk bandela
yang kompak. Setelah di press bandela di sortasi kemudian di kemas dan dilakukan uji laboratorium. Bandela disusun
di dalam palet (1 palet 36 bandela) kemudian di press dengan batu tindih selama
± 24 jam. Setelah itu dilakukan pengemasan dan pelabelan. SIR 20 yang telah
dikemas dan lolos uji laboratorium siap dikirim.
2.4
Kesehatan dan Sanitasi Pengolahan / Pabrik
Sanitasi
merupakan usaha untuk mencegah terjadinya kontaminasi kontaminan kedalam
produk. Dalam suatu
industri pengolahan, sanitasi dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1.
Sanitasi
pengolahan yaitu mencegah kontaminasi pada produk dan bahan dengan menjaga
sanitasi setiap hal yang berhubungan dengan pengolahan.
2.
Sanitasi
pabrik yaitu menjaga kondisi pabrik agar selalu bersih dan terhindar sebagai
sumber kontaminasi.
Proses
sanitasi dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan dari setiap bagian
yang berhubungan dengan industri pengolahan, mulai dari bahan baku, peralatan,
penyimpanan, pengolahan, pengemasan dan pengiriman.
2.5
Pengendalian Kualitas
Unsur
– unsur dalam penetapan kualitas karet secara spesifikasi teknis adalah :
1. Kadar
kotoran (dirt content)
Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan
kriterium terpenting dalam spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar
pengaruhnya terhadap ketahanan retak dan kelenturan barang – barang dari karet.
2. Kadar
abu (ash content) Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen
.terhadap penambahan bahan – bahan pengisi ke dalam karet pada waktu
pengolahan.
3. Kadar
zat menguap (volatile content) Penentuan kadar zat menguap ini dimaksudkan
untuk menjamin bahwa karet yang disajikan cukup kering.
Selain penentuan ketiga bahan
tersebut di atas, masih dianalisis juga kadar tembaga, mangan, dan nitrogen.
Pada akhirnya hasil spesifikasi teknis disimpulkan dalam suatu standar yaitu
Standar Indonesia Rubber (SIR).
Standar Indonesia Rubber (SIR)
adalah produk karet alam yang baik prosesing ataupun penentuan kualitasnya,
dilakukan secara spesifikasi teknis. Ketentuan – ketentuan tentang SIR mulanya
didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 147/Kep/V/1969 yang
isinya berupa ketentuan – ketentuan yang menyangkut SIR yang kriterianya
tercantum pada tabel.
Untuk tiap golongan SIR tersebut
harus ditentukan nilai Plastisity Retention Index (PRI)−nya dan digolongkan
dengan menggunakan symbol huruf H, M, dan S. H menunjukkan nilai PRI−nya
sebesar 80; M untuk nilai PRI−nya antara 60 – 79; dan untuk nilai PRI−nya antara
30 – 59.
Karet remah dengan nilai PRI kurang
dari 30 tidak boleh dimasukkan kedalam anggota golongan SIR. PRI adalah ukuran
terhdadap tahan usangnya karet dan juga sebagai penunjuk mudah tidaknya karet
tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Makin tinggi nilai PRI makin tinggi
pula kualitas karet tersebut.
Untuk menentukan nilai PRI
digunakan alat yang disebut Wallace Plasatemeter. Dengan berkembangnya
penelitian dewasa ini sebagai dasar penentuan SIR dipakai Surat Keputusan
Menteri Perdagangan tahun 1972.
2.6
Sistem Penanganan Limbah
Limbah adalah buangan yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan
pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3
(bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah
relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan
kehidupan dan sumber daya. Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan
terutama yang bersumber dari pabrik industri.
2.6.1 Jenis Limbah Industri Karet
Sumber Limbah Industri
Karet apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari
lateks dan bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk pada
industri karet dapat berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas
bahan baku berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah yang akan
terjadi dengan rincian sebagai berikut:
1. Makin kotor bahan karet olahan akan makin
banyak air yang diperlukan untuk proses pembersihannya, sehingga debit limbah
cairpun meningkat.
2. Makin kotor dan makin tinggi kadar air
dari bahan baku karet olahan, akan makin mudah terjadinya pembusukan, sehingga
kuantitas limbah gas/bau pun meningkat.
3. Bahan baku karet olahan yang kotor
menyebabkan kuantitas lumpur, tatal dan pasir relatif tinggi.
Pengelolaan limbah
dapat dikelompokkan kedalam pengolahan dari sumbernya yang disebut sebagai
proses produksi bersih, dan pengelolaan saat limbah tersebut keluar dari proses
produksi. Pengolahan limbah pendahuluan bertujuan untuk memisahkan zat atau
unsur padatan kasar yang ada dalam air limbah dengan cara penyaringan untuk
meminimalisasi gangguan dalam proses pengolahan limbah berikutnya Teknik
pengelolaan air limbah secara efektif dan efisien serta berkesinambungan harus
dilaksanakan dalam melakukan pengkajian dan inovasi penerapan teknologi
produksi bersih, untuk mendukung terwujudnya industri karet yang berdaya saing
tinggi dan berwawasan lingkungan.
III.
METODOLOGI
3. 1
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan
3.1.1 Tempat Pelaksanaan
Praktek kerja ini akan dilaksanakan di PTPN
VII Unit Padang Pelawi Kec Sukaraja, Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu.
3.1.2 Waktu Pelaksanaan
Praktek kerja ini direncanakan dilaksanakan pada tanggal 15 Juli s/d 30 Agustus 2016.
3.2 Aspek-Aspek yang Diamati
3.2.1 Aspek Umum
Informasi yang diperlukan merupakan data selama satu
tahun terakhir atau 12 data bulanan atau 54 data mingguan dari perusahaan.
1.
Informasi
umum perusahaan, sejarah, luas wilayah, jumlah karyawan, struktur organisasi.
2.
Data
bahan baku yaitu kuantitas dan kualitas 1 tahun
terakhir.
3.
Jumlah
tenaga panen selama 1 tahun.
4.
Jumlah
hari kerja dalam 1 tahun terakhir.
5.
Informasi
produk yaitu kualitas dan kuantitas
selama 1 tahun.
6.
Informasi
pengeluaran dan hasil
pengujian kualitas selama 1 tahun.
3.2.2
Aspek Khusus
3.2.2.1
Panen dan Penanganan Bahan Baku (Arrofath Munawar)
a.
Organisasi
kebun dan tenaga kerja.
b.
Operasi
atau pelaksanaan panen.
c.
Pengaturan
waktu panen dan penggunaan kriteria panen.
d.
Produktivitas
/ kemampuan panen tiap afdeling.
e.
Alat
transportasi hasil kebun dan pengaturannya.
f.
Kerusakan
dan inefiensi selama panen.
g.
Kinerja
kebun dan kinerja sistem panen dan angkut.
h.
Kiat untuk mengurangi
variasi kualitas bahan baku.
3.2.2.2
Kesehatan dan Sanitasi Pabrik (Afditika Klarasenya)
a.
Organisasi
pengolahan sanitasi pabrik.
b.
Kontruksi
dan desain pabrik.
c.
Tata
letak alat dan denah alat.
d.
Konstruksi
dan desain alat pengolahan.
e.
Inspeksi
dan pelaksanaan operasi kebersihan dan perawatan.
f.
Pengambilan
sampel / pengujian / pengukuran sanitasi pabrik.
3.2.2.3
Proses Pengolahan
dan Produksi (Irfan Wardoyo)
a.
Diagram
alir proses.
b.
Kriteria
bahan baku, dan pengujian kualitas bahan baku.
c.
Pengaruh
berbagai kualitas bahan baku terhadap proses pengolahandan kualitas akhir
produk.
d.
Spesefikasi
alat proses pengolahan.
e.
Analisa
neraca bahan bottle neck, kapasitas masing-masing alat dan unit pengolahan.
f.
Pengamatan
kapasitas produksi (terpasang rata-rata, efektif, direncanakan).
g.
Waktu
atau lama proses dari bahan baku sampai menjadi produk, waktu proses pada
setiap tahap.
3.2.2.4
Pengendalian Kualitas (Rendi Andrian)
a.
Organisasi
pengujian dan pengendalian kualitas.
b.
Cara pengujian kualitas produk akhir dan ukuran
kualitas yang dipakai.
c.
Pengukuranjumlah
dan jeniscacat.
d.
Ukuran
/ cara pengamatan tercapainya tujuan pada keseluruhan proses dan pada tiap
tahap proses.
e.
Kiat
mengetahui / menganalisa bila target kualitas tidak tercapai.
f.
Pengendalian
spesefikasi bahan baku dan produk.
g.
HACCP,
penentuan CCP dan pemeriksaan / pengujian.
h.
Acuan
pengendalian kualitas (GMP, ISO 900, ISO14000, TQM, HACCP).
i.
Kiat untuk
mengurangi/mengendalikan mutu produk CPO.
3.2.2.5 Sistem
Penanganan Limbah (Annisa Iskandar)
a. Jenis dan masing-masing limbah.
b. Penanganan/pengendalian setiap jenis limbah.
c. Kualitas dan pemantauan limbah , serta
kemampuan mengenai kualitas limbah.
d. Penggunaan prinsip 3R (reduce, reuce, dan
recycle) dan aplikasinya dilapangan.
e. Upayah pemanfaatan limbah.
f. Nilai tambah yang diperoleh dari limbah.
g. Partisipasi pada program link (proper dan
ISPO).
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Sumber dan cara pengumpulan data dalam praktek kerja
terdiri dari :
3.3.1
Data Primer
Adalah pengumpulan data dengan cara mencari informasi
yang sebenarnya dari pihak-pihak yang terkait dengan praktek kerja ini, dengan
cara melakukan survei lapangan dan observasi langsung terhadap
aktifitas-aktifitas pengolahan di karet.
3.3.2
Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari mengumpulkan pustaka-pustaka yang ada
diperusahaan tersebut serta beberapa data yang mendukung untuk kelancaran pelaksanaan dan penulisan hasil kerja
praktek, seperti data operasional bulanan/tahunan, laporan bulanan/ tahunan perusahaan, studi literatur,
Jurnal Ilmiah Hasil Penelitian, artikel atau majalah yang berkaitan dengan
praktek kerja ini.
No comments:
Post a Comment