Sunday, 11 September 2016

Contoh Proposal Praktek Kerja


PROPOSAL PRAKTEK KERJA
PABRIK KARET
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII
UNIT PADANG PELAWI



OLEH :
IRFAN WARDOYO                       E1G013043
ARROFATH MUNAWAR             E1G013044
AFDITIKA KLARASSENYA       E1G013045
ANNISA ISKANDAR                     E1G013047
RENDI ANDRIAN                          E1G013048


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016


I.     PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sudah terkenal sejak zaman dahulu. Potensi ini didukung oleh faktor-faktor alam seperti iklim dan tanahnya yang subur. Sektor pertanian di Indonesia memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian negara karena kegiatan agroindustri yang berbasis pertanian mampu memberikan devisa bagi negara. Kedua kegiatan tersebut harus kita kembangkan dan kita tingkatkan terutama agroindustri yang cukup diperhitungkan.
Karet merupakan salah satu komoditi unggulan sektor pertanian dari subsektor perkebunan yang setiap tahun berkembang dengan pesat disertai industri pengolahannya. Karet telah mendapat perhatian tersendiri khususnya bagi Provinsi Bengkulu. Lahan perkebunan karet di Propinsi Bengkulu telah mencapai puluhan ribu hektar dengan tingkat produksi yang tinggi dan telah memberi kontribusi yang tidak sedikit bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pengembangan disektor ini masih sangat diperlukan dan masih sangat memungkinkan mengingat diversivikasi produk yang dapat dihasilkan dan nilai tambah yang diperoleh.
Perkebunan karet merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh kembangnya sistem agribisnis karet. Sistem agribisnis karet merupakan gabungan subsistem sarana produksi pertanian (agroindustri hulu), pertanian, industri hilir, dan pemasaran yang dengan cepat akan merangkaikan seluruh subsistem untuk mencapai skala ekonomi.
Kemajuan dalam bidang agribisnis karet Indonesia ditandai dengan semakin menyempitnya spesialisasi fungsional dan semakin jelasnya pembagian kerja berdasarkan fungsi-fungsi sistem agrobisnis. Usaha agribisnis karet indonesia telah dikembangkan dengan orientasi bisnis untuk mencari keuntungan dengan konsep sistem agribisnis terpadu. Sistem agribisnis dikelompokkan menjadi 4 subsistem kegiatan, yaitu pengadaan sarana produksi (agroindustri hulu), kegiatan produksi primer (budidaya), pengolahan (agroindustri hilir) dan pemasaran. Perkembangan agribisnis karet idealnya diarahkan pada agribisnis skala kecil sampai menengah di pedesaan dengan teknologi tepat guna.
Untuk mengembangkan Agroindustri di Indonesia, kita masih memiliki kendala berupa rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini dapat dilihat dari masih sedikitnya agroindustri yang berkembang di Indonesia yang tidak sebanding dengan sumber dayaalam yang jumlahnya cukup banyak. Rendahnya kualitas sumber daya manusia menyebabkan Indonesia terkadang harus mengimpor  produk yang seharusnya bisa kita produksi sendiri.
Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia  (SDM) Indonesia agar mampu bersaing secara kompetitif dengan bangsa-bangsa lain.
Perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga ilmiah berkewajiban untuk menciptakan manusia Indonesia berkualitas yang tidak hanya menguasai aspek-aspek teknis tetapi juga dituntut untuk memilki kemampuan marjinal. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut dengan diadakannya mata kuliah praktek kerja bagi mahasiswa. Dengan praktek kerja ini diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan teori-teori yang diberikan di bangku kuliah dengan dunia kerja nyata sehingga nantinya mereka akan menjadi tenaga kerja profesional yang siap terjun kedalam lingkungan agroindustri.
Praktek kerja ini merupakan mata kuliah wajib bagi Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (TIP). Mata kuliah ini sangat penting bagi mahasiswa Teknologi Industri Pertanian karena dengan melakukan praktek kerja mereka akan memiliki pengalaman yang berguna untuk memasuki dunia kerja nyata.
1.2  Tujuan Praktek Kerja
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
a.       Mahasiswa mampu memahami berbagai kaitan antara faktor-faktor di bidang industri pertanian sebagai suatu mikro maupun makro.
b.      Mahasiswa mampu menganalisa secara analitik aspek teknis, perencanaan dan pengelolaan operasional sistem industri pertanian.
c.       Mahasiswa mempunyai keterampilan dalam pengamatan, pengumpulan data  dan informasi serta pengorganisasiannya dan laporan teknis yang baik.
1.2.2  Tujuan Instruksional Khusus
a.       Memperoleh informasi umum perusahaan.
b.      Memperoleh informasi sistem penanganan bahan baku.
c.       Mengetahui dan memahami proses pengolahan dan produksi karet.
d.      Mengetahui dan memahami tentang sanitasi dan pengolahan limbah karet.
e.       Mampu mengetahui dan memahami pengendalian produk karet.

1.3  Manfaat Praktek Kerja
1.3.1  Bagi Mahasiswa
a.       Menyelaraskan teori yang diperoleh dengan praktikum lapangan.
b.      Memberi pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa tentang dunia kerja.
c.       Mengetahui kiat-kiat untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada suatu industri ditinjau dari aspek manajerial.
1.3.2  Bagi Perusahaan
Informasi dan data yang diperoleh selama praktek kerja akan disusun dalam bentuk laporan praktek kerja. Pada laporan tersebut akan disampaikan pendapat dan masukan berdasarkan kajian literatur dan diskusi ilmiah yang dapat dimanfaatkan oleh pihak perusahaan.



 

 




 



II.       TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Gambaran Umum Komoditas ( Karet)
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia.   Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada  tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004.  Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas (Anonim, 2014).
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Anwar, 2001).
Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor (Deptan, 2006).
Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai (Santosa, 2007).
Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15 m sampai 25 m. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Batang tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Siregar,1995).
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan.  Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.  Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.  Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta  ton.  Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet (Anonim, 2014).
Secara lengkap, struktur botani tanaman karet tersusun sebagi berikut:
•    Divisi          : Spermatophyta
•    Sub Divisi   : Angiospermae
•    Kelas          : Dicotyledonae
•    Ordo          : Euphorbiales
•    Famili          : Euphobiaceae
•    Genus         : Hevea
•    Spesies       : Hevea braziliensis.
Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut:
o    Tinggi tempat 0 - 200 meter diatas permukaan laut
o    Curah hujan 1.500 - 3.000 mm/tahun
o    Bulan kering kurang dari 3 bulan
o    Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam
o    Kemiringan tanah kurang dari 10%
o    Tekstur tanah terdiri dari lempung berpasir dan liat berpasir
o    Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimum 15%
o    pH tanah berkisar 4,3 - 5,0
o    Drainase tanah sedang
Tanaman karet memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu:
1.      Dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun tanah tidak subur
2.      Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis.
3.      Dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakan. Prospek harganya juga cukup baik walaupun sering berfluktuasi/tidak stabil (Anonim2, 2014)
Menurut Maggie (2016) jenis-jenis karet antara lain adalah:
1.      Karet Alam
Karet alam mempunyai sifat daya elastisitas dan daya lentur yang baik, plastis dan tidak mudah panas, dan tidak murah retak, berbagai jenis karet alam yaitu :
a.        Bahan Olah Karet
Bahan olah karet yaitu bahan mentah yang digunakan untuk pengolahan di pabrik. Terdiri dari lateks kebun, lembar angin, lapisan (slab) tipis, gumpalan (lumb) segar. Semuanya berasal langsung dari pohon karet atau telah mengalami proses pengolahan yang minimal oleh penyadap.
b.      Karet Alam Konvensional
Karet yang telah diolah dari bahan lateks alami. Secara garis besar terdiri atas 2 golongan yaitu lembaran (sheet) dan lembaran tebal (crepe). Karet alam konvensional terbagi atas beberapa jenis seperti Ribbed Smoked Sheet (RSS), White Creep and Pale Creep, Estate Brown Crepe, Compo Crepe, Thin Brown Crepe Remills, Thick Blanket Crepe Amber,  Plat Bark Crepe, Pure Smoked Blanket Crepe, Off Crepe.
c.       Lateks Pekat
Bahan untuk pembuatan barang yang tipis dan bermutu tinggi.
d.      Karet Bongkah
Berasal dari karet remah yang dikeringkan dan di kilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang ditentukan.
e.       Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber)
Karet yang dibuat secara khusus. Sehingga mutu teknisnya terjamin yang penetapannya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Karet ini dikemas dalam bongkahan kecil dengan berat dan ukuran seragam.
f.        Karet Ban (Tyre Rubber)
Karet setengah jadi, sehingga bisa langsung digunakan oleh konsumen, seperti untuk membuat ban.
g.       Karet Reklaim (Reclaimed Rubber)
Karet yang didaur ulang dari karet bekas, seperti bekas roda-roda karet berjalan pabrik, bekas ban mobil. Kelebihan karet ini adalah daya lekatnya bagus, kokoh, awet dan tahan lama, relatif lebih tahan terhadap bensin dan minyak pelumas dibandingkan karet alam yang baru dibuat. Kekurangannya adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan.
2.      Karet Sintesis
Karet sintesis terdiri atas 2 macam yaitu karet sintesis untuk kegunaan umum seperti SBR (Styrene Butadiene Rubber), BR (Butadiene Rubber), atau PR (Polybutadiene Rubber), IR (Isoprene Rubber) dan karet sintesis untuk kegunaan khusus seperti karet yang memiliki ketahanan terhadap minyak, oksidasi, panas atau sihu tinggi dan kedap gas diantaranya IIR (Isobutene Isoprene Rubber), NBR (Nytrite Butadine Rubber), CR (Chloroprene Rubber), dan EPR (Etylene Propylene Rubber).
Kelebihan karet sintesis dibandingkan karet alam yaitu tahan minyak karena karet ini banyak digunakan untuk pembuatan pipa karet untuk minyak dan bensin, seal, gasket. Karet CR mempunyai kelebihan tahan api, untuk pembuatan pipa karet pembungkus kabel, seal, gasket, sabuk/ban berjalan. Jenis IR yang tahan gas digunakan untuk campuran pembuatan ban kendaraan bermotor, pembalut kabel listrik, serta pelapis tangki penyimpan minyak atau lemak.
2.2 Panen dan Penanganan Bahan Baku
2.2.1 Kriteria Bidang Sadap
            Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya (Santosa, 2007).
            Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun. Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum kambium (Radjam, 2009).
            Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah (Anwar, 2001).
2.2.2 Waktu Penyadapan
Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya: Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup terang (Nazaruddin dan  Paimin, 1998).
Tanda-tanda kebun mulai disadap adalah umur rata-rata 6 tahun atau 55% dari areal 1 hektar sudah mencapai lingkar batang 45 Cm sampai dengan 50 Cm. Disadap berselang 1 hari atau 2 hari setengah lingkar batang, denga sistem sadapan/rumus S2-D2 atau S2-D3  hari (Maryadi, 2005).
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba (Anwar,  2001).
2.2.2 Bagian-Bagian Tanaman Karet Yang Disadap
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun (Santosa, 2007).
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum cambium (Aidi dan Daslin, 1995).
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah (Maryadi, 2005).
2.2.4 Pemulihan Bidang Sadap
Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan tanaman agar tanaman dapat berproduksi secara optimal dan dalam waktu yang lama (Siregar, 1995).
Dalam praktiknya untuk kelangsungan produksi, hal yang sangat mendasar adalah di dalam pemulihan bidang sadap. Agar bidang sadap dapat kembali pulih tentu ada yang dipelukan di dalam penyadapanya. Menghindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap adalahsalah satu cara agar bidang sadp dapat kembali pulih dan pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit (Santosa, 2007 ).
Memperistirahtkan tanaman dalam waktu tertentu  juga merupakan konsep pemulihan bidang sadap, karena tanaman akan mengoptimalakan kembali bagian-bagian tanaman yang telah mengalami pelukaan. Begitu juga dengan pemberian unsur hara untuk kelnjutan tanaman itu sendiri sehingga pertumbuhanya akan lebih optimal tentunya pemulihan bagian-bagian yang disadap (Nazaruddin dan Paimin, 1998).
2.3 Proses Pengolahan dan Produksi
1.      Penerimaan bahan baku
            Bahan baku (bokar) berasal dari kebun inti dan pembelian. Proses penerimaan diawali dari penimbangan di jembatan timbang (Avery weight) dengan kapasitas 40 ton. Setelah penimbangan dilakukan sortasi di loading ramp dan pengujian KKK (kadar karet kering).
2.      Pengolahan Basah
            Pengolahan diawali dari proses pencacahan lump / slab di slab cutter untuk memperkecil ukuran lump / slab menjadi ± 5 cm. Cacahan masuk ke hammer mill 1 untuk diperkecil ukurannya menjadi ± 3 cm dan hammer mill 2 untuk diperkecil manjadi ± 2 cm. setelah itu cacahan masuk ke bak blending untuk proses blending dan membersihkan kontaminasi. Pembentukan lembaran crepe dilakukan melalui penggilingan di macerator, creper jumbo I, creper jumbo II, creper jumbo III, dan creper finisher. Lembaran crepe yang terbentuk di jemur di predrying selama minimal 12 hari untuk kemudian di olah manjadi SIR.
3.      Pengolahan Kering dan Packing
            Crepe yang telah berumur min. 12 hari diolah menjadi remahan di shredder. Remahan dimasukkan kedalam troly kemudian masuk ke dryer untuk dikeringkan pada suhu 118oC -  129oC. Remahan yang telah masak di press dengan balling press untuk membentuk bandela yang kompak. Setelah di press bandela di sortasi kemudian di kemas dan  dilakukan uji laboratorium. Bandela disusun di dalam palet (1 palet 36 bandela) kemudian di press dengan batu tindih selama ± 24 jam. Setelah itu dilakukan pengemasan dan pelabelan. SIR 20 yang telah dikemas dan lolos uji laboratorium siap dikirim.
2.4 Kesehatan dan Sanitasi Pengolahan / Pabrik
Sanitasi merupakan usaha untuk mencegah terjadinya kontaminasi kontaminan kedalam produk. Dalam suatu industri pengolahan, sanitasi dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1.      Sanitasi pengolahan yaitu mencegah kontaminasi pada produk dan bahan dengan menjaga sanitasi setiap hal yang berhubungan dengan pengolahan.
2.      Sanitasi pabrik yaitu menjaga kondisi pabrik agar selalu bersih dan terhindar sebagai sumber kontaminasi.
Proses sanitasi dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan dari setiap bagian yang berhubungan dengan industri pengolahan, mulai dari bahan baku, peralatan, penyimpanan, pengolahan, pengemasan dan pengiriman.
2.5 Pengendalian Kualitas
Unsur – unsur dalam penetapan kualitas karet secara spesifikasi teknis adalah :
1.      Kadar kotoran (dirt content)
Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan kriterium terpenting dalam spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan retak dan kelenturan barang – barang dari karet.
2.      Kadar abu (ash content) Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen .terhadap penambahan bahan – bahan pengisi ke dalam karet pada waktu pengolahan.
3.      Kadar zat menguap (volatile content) Penentuan kadar zat menguap ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa karet yang disajikan cukup kering.
Selain penentuan ketiga bahan tersebut di atas, masih dianalisis juga kadar tembaga, mangan, dan nitrogen. Pada akhirnya hasil spesifikasi teknis disimpulkan dalam suatu standar yaitu Standar Indonesia Rubber (SIR).
Standar Indonesia Rubber (SIR) adalah produk karet alam yang baik prosesing ataupun penentuan kualitasnya, dilakukan secara spesifikasi teknis. Ketentuan – ketentuan tentang SIR mulanya didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 147/Kep/V/1969 yang isinya berupa ketentuan – ketentuan yang menyangkut SIR yang kriterianya tercantum pada tabel.


Untuk tiap golongan SIR tersebut harus ditentukan nilai Plastisity Retention Index (PRI)−nya dan digolongkan dengan menggunakan symbol huruf H, M, dan S. H menunjukkan nilai PRI−nya sebesar 80; M untuk nilai PRI−nya antara 60 – 79; dan untuk nilai PRI−nya antara 30 – 59.
Karet remah dengan nilai PRI kurang dari 30 tidak boleh dimasukkan kedalam anggota golongan SIR. PRI adalah ukuran terhdadap tahan usangnya karet dan juga sebagai penunjuk mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Makin tinggi nilai PRI makin tinggi pula kualitas karet tersebut.
Untuk menentukan nilai PRI digunakan alat yang disebut Wallace Plasatemeter. Dengan berkembangnya penelitian dewasa ini sebagai dasar penentuan SIR dipakai Surat Keputusan Menteri Perdagangan tahun 1972.
2.6 Sistem Penanganan Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya. Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik industri.
2.6.1 Jenis Limbah Industri Karet
Sumber Limbah Industri Karet apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari lateks dan bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk pada industri karet dapat berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas bahan baku berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah yang akan terjadi dengan rincian sebagai berikut:
1.      Makin kotor bahan karet olahan akan makin banyak air yang diperlukan untuk proses pembersihannya, sehingga debit limbah cairpun meningkat.
2.      Makin kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan, akan makin mudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah gas/bau pun meningkat.
3.      Bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas lumpur, tatal dan pasir relatif tinggi.
Pengelolaan limbah dapat dikelompokkan kedalam pengolahan dari sumbernya yang disebut sebagai proses produksi bersih, dan pengelolaan saat limbah tersebut keluar dari proses produksi. Pengolahan limbah pendahuluan bertujuan untuk memisahkan zat atau unsur padatan kasar yang ada dalam air limbah dengan cara penyaringan untuk meminimalisasi gangguan dalam proses pengolahan limbah berikutnya Teknik pengelolaan air limbah secara efektif dan efisien serta berkesinambungan harus dilaksanakan dalam melakukan pengkajian dan inovasi penerapan teknologi produksi bersih, untuk mendukung terwujudnya industri karet yang berdaya saing tinggi dan berwawasan lingkungan.
 
III.   METODOLOGI
3. 1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan
3.1.1 Tempat Pelaksanaan
Praktek kerja ini akan dilaksanakan di PTPN VII Unit Padang Pelawi Kec Sukaraja, Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu.
3.1.2 Waktu Pelaksanaan
Praktek kerja ini direncanakan dilaksanakan pada tanggal 15 Juli s/d 30 Agustus 2016.
3.2 Aspek-Aspek yang Diamati
3.2.1 Aspek Umum
Informasi yang diperlukan merupakan data selama satu tahun terakhir atau 12 data bulanan atau 54 data mingguan dari perusahaan.
1.    Informasi umum perusahaan, sejarah, luas wilayah, jumlah karyawan, struktur organisasi.
2.    Data bahan baku yaitu kuantitas dan kualitas 1 tahun terakhir.
3.    Jumlah tenaga panen selama 1 tahun.
4.    Jumlah hari kerja dalam 1 tahun terakhir.
5.    Informasi produk yaitu kualitas dan kuantitas selama 1 tahun.
6.    Informasi pengeluaran dan hasil pengujian kualitas selama 1 tahun.
3.2.2 Aspek Khusus
3.2.2.1 Panen dan Penanganan Bahan Baku (Arrofath Munawar)
a.    Organisasi kebun dan tenaga kerja.
b.    Operasi atau pelaksanaan panen.
c.    Pengaturan waktu panen dan penggunaan kriteria panen.
d.    Produktivitas / kemampuan panen tiap afdeling.
e.    Alat transportasi hasil kebun dan pengaturannya.
f.      Kerusakan dan inefiensi selama panen.
g.    Kinerja kebun dan kinerja sistem panen dan angkut.
h.    Kiat untuk mengurangi variasi kualitas bahan baku.
3.2.2.2   Kesehatan dan Sanitasi Pabrik (Afditika Klarasenya)
a.    Organisasi pengolahan sanitasi pabrik.
b.    Kontruksi dan desain pabrik.
c.    Tata letak alat dan denah alat.
d.    Konstruksi dan desain alat pengolahan.
e.    Inspeksi dan pelaksanaan operasi kebersihan dan perawatan.
f.      Pengambilan sampel / pengujian / pengukuran sanitasi pabrik.
3.2.2.3   Proses Pengolahan dan Produksi (Irfan Wardoyo)
a.    Diagram alir proses.
b.    Kriteria bahan baku, dan pengujian kualitas bahan baku.
c.    Pengaruh berbagai kualitas bahan baku terhadap proses pengolahandan kualitas akhir produk.
d.    Spesefikasi alat proses pengolahan.
e.    Analisa neraca bahan bottle neck, kapasitas masing-masing alat dan unit pengolahan.
f.      Pengamatan kapasitas produksi (terpasang rata-rata, efektif, direncanakan).
g.    Waktu atau lama proses dari bahan baku sampai menjadi produk, waktu proses pada setiap tahap.
3.2.2.4   Pengendalian Kualitas (Rendi Andrian)
a.    Organisasi pengujian dan pengendalian kualitas.
b.    Cara  pengujian kualitas produk akhir dan ukuran kualitas yang dipakai.
c.    Pengukuranjumlah dan jeniscacat.
d.    Ukuran / cara pengamatan tercapainya tujuan pada keseluruhan proses dan pada tiap tahap proses.
e.    Kiat mengetahui / menganalisa bila target kualitas tidak tercapai.
f.      Pengendalian spesefikasi bahan baku dan produk.
g.    HACCP, penentuan CCP dan pemeriksaan / pengujian.
h.    Acuan pengendalian kualitas (GMP, ISO 900, ISO14000, TQM, HACCP).
i.      Kiat untuk mengurangi/mengendalikan mutu produk CPO.
3.2.2.5 Sistem Penanganan Limbah (Annisa Iskandar)
a.  Jenis dan masing-masing limbah.
b.  Penanganan/pengendalian setiap jenis limbah.
c.  Kualitas dan pemantauan limbah , serta kemampuan mengenai kualitas limbah.
d.  Penggunaan prinsip 3R (reduce, reuce, dan recycle) dan aplikasinya dilapangan.
e.  Upayah pemanfaatan limbah.
f.  Nilai tambah yang diperoleh dari limbah.
g.  Partisipasi pada program link (proper dan ISPO).
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Sumber dan cara pengumpulan data dalam praktek kerja terdiri dari :
3.3.1 Data Primer
Adalah pengumpulan data dengan cara mencari informasi yang sebenarnya dari pihak-pihak yang terkait dengan praktek kerja ini, dengan cara melakukan survei lapangan dan observasi langsung terhadap aktifitas-aktifitas pengolahan di karet.
3.3.2 Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari  mengumpulkan pustaka-pustaka yang ada diperusahaan tersebut serta beberapa data yang mendukung untuk kelancaran pelaksanaan dan penulisan hasil kerja praktek, seperti data operasional bulanan/tahunan, laporan bulanan/ tahunan perusahaan, studi literatur, Jurnal Ilmiah Hasil Penelitian, artikel atau majalah yang berkaitan dengan praktek kerja ini.




No comments:

Post a Comment