Friday 3 October 2014

Laporan Praktikum Kimia.Buffer









PERCOBAAN 4
PENGENDALIAN KEASAMAN (pH) LARUTAN BUFFER





BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
            Dalam pekerjaan kadang-kadang diperlukan suatu larutan dengan pH tertentu yang dapat disimpan tanpa mengalami perubahan pH. Dalam penyimpanan zat dapat mengalami perubahan pH karena berbagai hal. Larutan dapat menyerap CO2 dari udara sehingga pH larutan akan turun. Bila larutan disimpan dalam botol kaca, alkali (basa) yang tercuci dari bahan kaca akan menaikkan harga pH larutan tersebut.
            Misalkan dalam suatu pekerjaan diperlukan larutan yang mempunyai pH 4. Apabila larutan semula bersifat netral, maka hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan asam klorida (HCl) pada larutan tersebut sedemikian rupa, sehingga konsentrasi ion hydrogen(H+) dalam larutan tersebut 0,0001 M (10-4 M), maka pH larutan = 4. Misalkan volume larutan 10 mL, ini berarti harus ada 0,036 mg asam klorida bebas, jumlah ini tentulah sangat kecil dan dapat ada di atmosfir maka dari itu tidaklah mungkin dapat mempertahankan harga pH dalam larutan yang sedikit asam, netral atau sedikit basa, hanya dengan menambahkan asam kuat atau basa kuat sejumlah yang dihitung. Keadaan ini dapat dihindari bila digunakan larutan buffer atau larutan penyangga.
            Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai pH apabila larutan tersebut ditambahkan sejumlah asam atau basa maupun diencerkan dengan menambah sejumlah volume air.
1.2 TUJUAN PERCOBAAN
            1. Menjelaskan pentingnya larutan buffer.
            2. Membuat larutan buffer.
            3. Membedakan larutan buffer dengan larutan non buffer.
            4. Mengetahui system kerja buffer dalam mempertahankan Ph.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan buffer adalah larutan yang pHnya relatif tetap (tidak berubah) pada penambahan sedikit asam, Basa , atau pengenceran. Ditinjau dari komposisi zat penyusunnya terdapat dua sistem larutan yaitu larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa.
1. Larutan penyangga asam
Larutan penyagga asam dapat dibuat secara langsung dari asam lemah denagn garam yang mengandung basa konjugasi pasangan dari asam lemah tersebut, misalnya larutan CH3COOH dicampur dengan larutan CH3COOHNa. Larutan penyangga tersebut mengandung CH3COOH (asam lemah) dan CH3COO (basa konjugasi).
2. Larutan penyangga basa
Larutan penyangga basa dibuat secara langsung dengan mencampurkan basa lemah dengan garam yang mengandung asam konjugasi dari basa tersebut, misalnya larutan NH4OH dengan larutan NH4Cl. Larutan penyangga tersebut mengandung NH4OH (basa lemah) dan NH4+ (asam konjugasi). (Sulistyorini,2006)
            Kita ambil contoh pasangan antara asam lemah CH3COOH dengan garamnya CH3COONa.
Reaksi antara asam lemah dengan Basa kuat
CH3COONa CH3COO- + Na+ (Garam)
CH3COOH CH3COO- + H+ (Asam lemah)
Dalam larutan terdapat CH3COOH merupakan asam dan CH3COO- basa konyugasi.
Kehadiran senyawa dan ion ini yang dapat menetralisir adanya asam dan basa dalam larutan. Jika larutan ini ditambahkan asam, terjadi reaksi netralisasi,
H+ + CH3COO - CH3COOH
Kehadiran basa dinetralisir oleh CH3COOH
OH- + CH3COOH CH3COO- + H2O
Untuk larutan buffer dengan komposisi lain adalah campuran antara garam dengan basa lemahnya, seperti campuran NH4Cl dengan NH4OH.
Reaksi antara basa lemah dengan Asam kuat
NH4Cl NH4+ + Cl-
NH4OH NH4+ + OH-
Dalam larutan garam terdapat pasangan basa dan asam konyugasi dari NH4OH dan NH4+, adanya molekul dan ion ini menyebabkan larutan mampu mempertahankan pH larutan. Tambahan H+ dapat dinetralisir oleh NH4OH sesuai dengan reaksi :
NH4OH + H+ NH4+ + H2O
Demikian pula adanya tambahan basa OH- dinetralisir oleh ion amonium dengan reaksi :
NH4+ + OH- NH4OH
Larutan buffer yang terdiri dari garam dan asam lemahnya atau basa lemahnya memiliki harga pH yang berbeda dari garamnya ataupun dari asam lemahnya, karena kedua larutan terionisasi. (Zulfikar, 2010)
Larutan buffer dapat bersifat :
Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan penyangga yang bersifat asam adalah sesuatu yang memiliki pH kurang dari 7. Larutan penyangga yang bersifat asam biasanya terbuat dari asam lemah dan garammya – acapkali garam natrium.
Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam larutan. Pada kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding antara asam dan garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76. Ini bukan suatu masalah dalam hal konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki konsentrasi yang sama. Anda dapat mengubah pH larutan penyangga dengan mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih asam yang berbeda dan salah satu garamnya.
Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan penyangga yang bersifat basa memiliki pH diatas 7. Larutan penyangga yang bersifat basa biasanya terbuat dari basa lemah dan garamnya. Seringkali yang digunakan sebagai contoh adalah campuran larutan amonia dan larutan amonium klorida. Jika keduanya dalam keadaan perbandingan molar yang sebanding, larutan akan memiliki pH 9.25. Sekali lagi, hal itu bukanlah suatu masalah selama konsentrasi yang anda pilih keduanya sama.
Konsep dari cara kerja larutan buffer
Larutan buffer merupakan campuran dari asam lemah dengan garamnya yang berasal dari basa kuat atau basa lemah dengan garamnya yang berasal dari asam kuat. Seperti pada larutan Natrium Asetat yang merupakan larutan yang dapat berdisosiasi secara sempurna. Namun, pada larutan asam asetat tidak terdisosiasi secara sempurna
CH3COOH CH3COO- + H+
Karena adanya ion – ion asetat dalam jumlah banyak (yang berasal dari disosiasi natrium asetat), akan menggerser kesetimbangan kea rah pembentukan asam asetat yang tidak terdisosiasi (yaitu, kea rah ruas kiri persamaan di atas). Larutan ini akan memiliki pH yang tertentu dan pH ini akan bertahan baik sekali, bahkan jika ditambahkan asam atau basa. Jika ion hidrogen (yaitu, suatu asam kuat) ditambahkan, ini akan bergabung dengan ion asetat dalam larutan untuk membentuk asam asetat yang tidak terdisosiasi :
CH3COO- + H+ → CH3COOH
Karena konsentrasi ion hidrogen tidak berubah, apa yang terjadi hanyalah bahwa jumlah ion asetat berkurang, sementara jumlah asam asetat yang tidak terdisosiasi bertambah. (Anonim, 2013)


Manfaat Larutan Penyangga
Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan penyangga. (Fauzan, 2011)
Sifat Larutan Penyangga
Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya. (Rizki, 2012)
Cara kerja Larutan Penyangga
Pada point sebelumnya telah disebutkan bahwa larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga:
1. Larutan penyangga asam
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:


Pada penambahan asam
Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)
Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.
CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)
2. Larutan penyangga basa
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:
Pada penambahan asam
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)
Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq) + OH-(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)
(Rizki, 2012)
Menghitung pH Larutan Penyangga/Buffer
1. Larutan penyangga asam
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu l   arutan dengan rumus berikut:
[H+] = Ka x a/g
atau pH = p Ka – log a/g
dengan:
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi
2. Larutan penyangga basa
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut:
[OH-] = Kb x b/g
atau pH = p Kb – log b/g
dengan,
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
g = jumlah mol asam konjugasi (Rizki, 2012)


BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan


NaOH                                     Tabung reaksi
HCH3COO                             Rak tabung reaksi
HCl                                         Gelas piala
NaCH3COO                            Pipet ukur 5 mL
NH4OH                                   Gelas ukur
NH4Cl                                     Botol semprot
Corong kaca

3.2 Cara Kerja
3.2.1 Laruran Bukan Buffer
3.2.1.1 Penentuan pH larutan bukan buffer
            Menyediakan tiga buah tabung reaksi yang bersih, mengisi ketiga tabung reaksi tersebut dengan : Tabung pertama + 1 mL larutan HCl 0,0001 M
                            Tabung kedua + 1 ml air
                            Tabung ketiga + 1 ml larutan NaOH 0,001 M
            Menentukan dan mencatat pH larutan dengan indikator universal.
3.2.1.2 Penentuan pH larutan bukan buffer setelah ditambah asam
Mengambil ketiga tabung reaksi yang berisi larutan diatas (3.2.1.1) yang telah diketahui pHnya. Kedalam masing-masing tabung reaksi tersebut ditambahkan 1 tetes HCl 1M, menentukan pH larutan dengan indicator universal.



3.2.2 Larutan Buffer
3.2.2.1 Penentuan pH larutan buffer
a.      Menyediakan dua buah gelas piala atau erlemeyer,masing-masing gelas diisi dengan 25 ml asam asetat (HCH3COO) 1 M dan 25 ml natrium asetat ( NaCH3COO) 1 M. Gelas digoyang-goyang supaya larutan homogeny dan menentukan pH larutan tersebut dengan indicator universal, mencatat hasil. Larutan ini jangan dibuang karena akan dipakai untuk percobaan selanjutnya.
b.      Menyediakan dua buah gelas piala atau erlemeyer, masing-masing gelas diisi dengan 25 ml ammonium hidroksida (NH4OH) 1M dan 25 ml natrium asetat (NH4Cl) 1 M. Gelas digoyang-goyang supaya larutan homogeny dan menentukan pH larutan tersebut dengan indicator universal, mencatat hasil. Larutan ini jangan dibuang karrena akan dipakai uuntuk percobaan selanjutnya.
3.2.2.2 Penentuan pH larutan setelah penambahan asam/basa
a.       Menyediakan larutan 3.2.2.1.a, ke dalam larutan tersebut ditambahkan :
Ø  Untuk tabung pertama ditambah 5 ml HCl 0,1 M, mencatat pH larutan.
Ø  Untuk tabung kedua ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 M, mencatat pH larutan.
b.      Menyediakan larutan 3.2.2.1.b, ke dalam larutan tersebut ditambahkan :
Ø  Untuk tabung pertama ditambah 5 ml HCl 0,1 M, mencatat pH larutan.
Ø  Untuk tabung kedua ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 M, mencatat pH larutan.




BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan
LARUTAN BUKAN BUFFER
No
Larutan
pH (keasaman)
awal
Setelah ditambah 1 ml HCl 0,1 M
Setelah ditambah 1 ml NaOH 0,1 M
1
HCl 0,0001 M
5
1

2
Air
6
1

3
NaOH 0,0001 M
6
2


LARUTAN BUFFER
No
Larutan
pH (keasaman)
awal
Setelah ditambah 5 ml HCl 0,1 M
Setelah ditambah 5 ml NaOH 0,1 M
1
25 ml HCH3COO 1 M + 25 ml NaCH3COO 1 M
5
5
5
2
25 ml NH4OH 1 M + 25 ml NH4Cl 1 M




4.2 Perhitungan
Larutan bukan buffer
1.      HCl
[H+] = a x M
        = 1 x 10-4
        = 10-4
  pH = 4

2.      Air
H2O     +          HCl                HCl       +          H2O
Mula-mula :   1 mmol              1 mmol
Bereaksi     :   1 mmol             1 mmol           1 mmol              1 mmol
Sisa            :     0 mmol            0 mmol           1 mmol              1mmol

Dari hasil perhitungan didapat pH = 7

3.      NaOH
  NaOH                       +          HCl                 NaCl    +          H2O
Mula-mula       :  0,001 mmol                          1 mmol  
Bereaksi          :  0,001 mmol                          0,001 mmol     0,001 mmol     0,001 mmol
Sisa                  :    0 mmol                               0,999 mmol     0,001 mmol     0,001 mmol

[H+] = ka x (Ma)
        = 1 x 10-7 x 0,999
        = 9,99 x 10-8
pH = - log [H+]
      = 8 – log 9,99
      = 7,01

LARUTAN BUFFER
·         pH larutan awal
[a] = 1 M x 25 ml = 25 mmol                          [g] = 1 M x 25 ml = 25 mmol
pH = - log 7,75 x 10-5
      = 5-log 7,75
      = 4,12

·         Sesudah penambahan 5 ml HCl 0,1 M
                        CH3COO-        +          H+        =          CH3COOH
Mula –mula :       25 mmol           0,5 mmol                   25 mmol
Reaksi         :      - 0,5 mmol        - 0,5 mmol                  +0,5 mmol
Sisa             :       24,5 mmol         0 mmol                     25,5 mmol

     pH = - log 8,06 x 10-5
           = 5- log 8,06
           = 4,1

·         Setelah penambahan 5 ml NaOH 0,1 M
                        CH3COOH     +          OH-     =          CH3COO-          +         H2O
Mula –mula :       25 mmol           0,5 mmol                   25 mmol
Reaksi         :      - 0,5 mmol        - 0,5 mmol                  +0,5 mmol            +0,5 mmol
Sisa             :       24,5 mmol         0 mmol                     25,5 mmol             +0,5 mmol

     pH = - log 8,06 x 10-5
           = 5- log 8,06
           = 4,1



BAB V
PEMBAHASAN

            Larutan buffer adalah larutan yang pHnya relatif tetap (tidak berubah) pada penambahan sedikit asam, Basa , atau pengenceran. Dalam percobaan ini kita dituntut untuk bisa membuat larutan buffer, mengetahui larutan buffer dan non buffer, mengetahui pentingnya larutan buffer dalam kehidupan sehari-hari dan sistem kerja buffer dalam mempertahankan pH.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami dapatkan terdapat dua larutan, yaitu larutan buffer dan larutan non buffer. Pembahasan yang pertama sdalah larutan bukan buffer.
            Dalam penentuan pH larutan bukan buffer, kami menyiapkan tiga tabung reaksi yang sudah kami bersihkan sebelumnya. Kemudian kami mengisi tabung tersebut dengan rincian ;
Tabung pertama diisi dengan larutan HCl 0,0001 M sebanyak 10 tetes.
Tabung kedua diisi dengan aquades sebanyak 10 tetes.
Tabung ketiga diisi dengan larutan NaOH 0,001 M sebanyak 10 tetes.
Setelah mengisi ketiga tabung reaksi tersebut, mencelupkan indicator universal kedalam masing-masing larutan tersebut dan menyamakan pada tabel indikator, pada larutan  HCl 0,0001 M didapatkan pH 5, pada larutan aquades didapatkan pH 6, dan pada larutan NaOH 0,001 M didapatkan pH 6, dan mencatat pH pada laporan sementara.
            Setelah mencatat pH dalam laporan sementara, lalu menambahkan 1 tetes HCl 1M kedalam masing-masing tabung yang berisi larutan tersebut dan menggoyang-goyang tabung reaksi supaya larutan homogen, setelah itu mencelupkan indicator universal kedalam masing-masing tabung reaksi dan menyamakan pada tabel indikator, pada larutan HCl 0,0001 M  didapatkan pH 1, pada aquades didapatkan pH 1, dan pada larutan NaOH 0,001 M didapatkan pH 2, kemudian mencatat pH dalam laporan sementara.
            Dalam menentukan pH larutan buffer, kami menyiapkan dua buah gelas piala, masing-masing gelas diisi dengan 25 ml asam asetat (HCH3COO) 1 M dan 25 ml natrium asetat (NaCH3COO) 1 M. Kemudian menggoyang-goyang gelas supaya larutan homogeny dan mencelupkan indicator universal ke dalam masing-masing larutan lalu menyamakan pada tabel indikator, 25 ml asam asetat (HCH3COO) 1 M didapatkan pH 5 dan 25 ml natrium asetat (NaCH3COO) 1 M didaptkan pH 5, kemudian mencatat pH.
            Percobaan kedua yaitu menyediakan dua buah gelas piala dan pada masing-masing gelas piala diisi dengan 25 ml ammonium hidroksida (NH4OH) 1 M dan 25 ml natrium asetat (NH4Cl) 1 M. Kemudian menggoyang-goyang gelas supaya larutan homogeny lalu mencelupkan indicator universal kedalam masing-masing larutan dan menyamakan pada tabel indikator sekaligus mencatat pada pH pada laporan sementara.
            Setelah kedua percobaan selesai, menentukan pH larutan setelah penambahan asam/basa. Percobaan pertama menyediakan larutan asam asetat (HCH3COO) 1 M dan 25 ml natrium asetat (NaCH3COO) 1 M yang telah dibuat pada percobaan sebelumnya. Lalu menambahkan 5 ml HCl 0,1 M kedalam larutan asam asetat (HCH3COO) 1 M, menentukan pH dengan indikator universal dan mencatatnya. Kedua menambahkan 5 ml NaOH 0,1 M ke dalam 25 ml natrium asetat (NaCH3COO) 1 M, didapatkan 5 Ph dan mencatatnya.





BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
            Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini adalah:
  • pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat ataupun basa kuat.
  • Larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya.
Pada praktikum Larutan Penyangga ini yang merupakan larutan penyaangga adalah:
  • NH4OH + NH4Cl
  • HCH3COO + NaCH3COO

6.2 Saran
            Dalam menentukan pH larutan buffer ini, sebaiknya praktikan berhati-hati dalam mengukur volume sebuah larutan. Dan larutan tidak boleh tercampur dengan larutan yang lain, karena dapat mempengaruhi nilai pH.



BAB VII
JAWABAN PERTANYAAN

1. Jelaskan pengaruh penambahan larutan asam atau basa terhadap ph larutan buffer !
2. Jelaskan dengan persamaan reaksi, mengapa larutan natrium asetat dengan asam asetat berfungsi sebagai larutan buffer !
3. Jelaskan pengertian kapasitas buffer, beri contoh !
Jawaban :
1. Pengaruh penambahan larutan asam atau basa terhadap pH larutan buffer adalah tetap, dari awalnya mempunyai pH 5, setelah di homogen tetap mempunyai pH 5.
2.  Jika dilihat pada persamaan reaksi sebagai berikut
CH3COOH + H+ → CH3COO- +H2O
Pada reaksi tersebut, sebenarnya larutan buffer dibuat dari asam lemah dengan garamnya yang berasal dari asam kuat atau basa lemah dengan garamnya yang berasal dari Basa kuat. Larutan buffer dapat mempertahankan pH karena dalam larutan larutan natrium asetat dapat berdisosiasi dengan sempurna. Tetapi, disosiasi asam asetat dapat diabaikan
CH3COOH  CH3COO- + H+
Karena adanya ion – ion asetat dalam jumlah banyak yang berasal dari disosiasi natrium asetat akan bergeser kesetimbangannya ke ruas kiri ke dalam pembentukan asam asetat yang tidak berdisosiasi. Larutan demikian akan memiliki pH tertentu dan juga baik sekali dalam mempertahankan pH jika ditambahkan asam atau basa dalam jumlah banyak. Jika ion hidrogen (asam kuat) ditambahkan akan membentuk asam asetat yang tidak berdisosiasi.
CH3COO- + H+ → CH3COOH
Oleh karena itu, konsentrasi ion hidrogen tidak berubah, tetapi bahwa jumlah ion asetat akan berkurang sedangkan jumlah asam asetat yang tidak berdisosiasi bertambah. Disisi lain, apabila ditambahkan ion hidroksil (OH-), ion hidroksil akan bereaksi dengan asam asetat.
CH3COOH + OH- → CH3COO- + H2O
Dengan demikian, konsentrasi ion hidrogen (dan hidroksil) tidak akan berubah, tetapi jumlah asam asetat akan berkurang sedangkan jumlah ion asetat akan bertambah. Maka, dari prinsip inilah dikatakan bahwa larutan penyangga dapat menunjukkan ketahan terhadap asam maupun basa.
3.   Jelaskan pengertian kapasitas buffer, beri contoh.
Kapasitas penyangga merupakan ukuran keefektifannya dalam menahan perubahan pH pada penambahan asam atau basa. Semakin besar konsentrasi asam dan basa konjugasinya, semakin besar kapasitas penyangga.
Contoh :
Jumlah mol basa kuat yang dibutuhkan untuk mengubah pH 1 liter larutan sebesar 1 pH satuan.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Larutan Penyangga, Larutan dengan Dua Sisi Kepribadian. http://belajarkimia.com/larutan-penyangga-larutan-dengan-dua-sisi-kepribadian/. Diakses pada 27 november 2013 pukul 20.16
Fauzan. 2011. Manfaat Larutan Penyangga. http://fauzanagazali.wordpress.com/kelas-xi/semester-ii/6-larutan-penyangga/manfaat-larutan-penyangga/. Diakses pada 27 november 2013  pukul 19.26
Rizki. 2012. Larutan Penyangga. http://rizki2812.wordpress.com/2012/02/05/larutan-penyangga-2/.  Diakses pada 27 november 2013 pukul 19.24
Sulystyorini, Heni.  2006. Pokok bahasan larutan penyangga : semarang. Universitas semarang
Zulfikar. 2010. Larutan Penyangga atau Buffer. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/larutan/larutan-penyangga-atau-buffer/. Diakses pada 27 november 2013 pukul 18.09













LAMPIRAN


No comments:

Post a Comment