Friday 9 September 2016

Peran Instrumentasi Dalam Industri Pertanian




PERANAN INSTRUMENTASI DALAM INDUSTRI PERTANIAN
Pemanfaatan Gelombang Elektromagnetik sebagai Instrumen Penentu Kemasakan TBS Kelapa Sawit


  







Disusun Oleh :

Arrofath Munawar
E1G013044


  


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015


Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Instrumentasi bisa berarti alat untuk menghasilkan efek suara, seperti pada instrumen musik misalnya, namun secara umum instrumentasi mempunyai 3 fungsi utama: (Wikipedia, 2013)
  • sebagai alat pengukuran
  • sebagai alat analisis, dan
  • sebagai alat kendali.
Instrumentasi sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey/ statistik, instrumentasi pengukuran suhu, dll. Contoh instrumentasi sebagai alat kendali banyak ditemukan dalam bidang elektronika, industri dan pabrik-pabrik. Sistem pengukuran, analisis dan kendali dalam instrumentasi ini bisa dilakukan secara manual (hasilnya dibaca dan ditulis tangan), tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis dengan menggunakan komputer (sirkuit elektronik). Instrumentasi sebagai alat pengukur sering kali merupakan bagian depan/ awal dari bagian-bagian selanjutnya (bagian kendalinya), dan bisa berupa pengukur dari semua jenis besaran fisis, kimia, mekanis, maupun besaran listrik. (Wikipedia, 2013)
Instrumentasi dapat digunakan untuk merancang bangun hardware dan software instrumen penentu kematangan buah-buahan hasil pertanian, misalkan kematangan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Sehingga dapat menghasilkan desain instrumen penentu kemasakan tandan buah segar yang dapat mempermudah kinerja pemanen sawit dalam memanen tandan buah segar kelapa sawit.
                Parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan embrondolnya buah dari tandan. Proses perubahan warna yang terjadi pada tandan adalah dari hijau berupa ke kehitaman kemudian berubah menjadi merah mengkilat/jingga.
                Dari beberapa literatur yang saya baca, Terdapat beberapa penelitian penggunaan sensor optik dalam menentukan kualitas buah-buahan tanpa harus merusaknya. Xing et al. (2006) menggunakan gelombang cahaya tampak dan infra merah untuk mendeteksi memar pada buah apel. Junkwon et al. (2009) menggunakan hyperspectral imaging dalam menentukan kualitas buah kelapa sawit. Saranwong et al. (2003) menggunakan NIR untuk memprediksi kualitas tingkat kematangan buah mangga. Peirs et al. (2002) menentukan padatan terlarut buah apel dengan NIR. Serta Steur et al. (2001) melakukan klasifikasi kandungan minyak pada jeruk dengan NIR. Pada dasarnya baik penggunaan cahaya tampak atau NIR digunakan untuk mengetahui korelasi antara panjang gelombang terhadap struktur kimia pada suatu produk. Syaefullah et al. (2007) menggunakan NIR untuk menentukan total padatan terlarut dan kekerasan buah papaya. Dalam penelitiannya, terdapat korelasi yang baik antara pendugaan NIR terhadap mutu aktual papaya tersebut. Dalam penelitian Yanto (2007), Reflektansi Vis/NIR mampu menunjukkan karakteristik optic buah pisang lampung selama pematangan. Dalam penetilian Novianty (2008), reflektansi Vis/NIR dengan panjang gelombang 850 nm memiliki korelasi sebesar 0.877 terhadap total padatan terlarut buah strawberi.

            Radiasi inframerah merupakan bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi ini lebih sulit terserap dan terhambur di atmosfer ketimbang cahaya tampak. Inframerah juga dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai suatu objek seperti temperatur, geometri, permukaan, komposisi, dan jarak (Razeghi,1996).

Radiasi elektromagnetik dikarakteritikkan dengan panjang gelombang (λ), frekuensi (ν), dan bilangan gelombangnya (ν). Panjang gelombang merupakan sifat dari radiasi bukan sifat dari suatu molekul. Panjang gelombang inframerah terbagi atas tiga yaitu, inframerah dekat antara 7.8 x 10-5 sampai 2.5 x 10-4 cm, inframerah menengah antara 2.5 x 10-4 sampai 5 x 10-3 cm, dan inframerah jauh antara 5 x 10-3 sampai 1 x 10-1 cm (Colthup 1975).

Panjang gelombang Near infared (NIR) berada pada rentang 780 sampai 2500 nm. Pada spektroskopi NIR, suatu produk disinari oleh radiasi NIR, lalu pantulan atau transmisi radiasi diukur. Ketika radiasi menembus produk, karakteristik spektrum berubah melalui panjang gelombang tergantung penyebaran dan penyerapan cahaya. Perubahan tersebut tergantung komposisi kimia dari suatu produk (Nicolai 2007).

Dalam sebuah skripsi mahasiswa IPB, Instrumen penentu kemasakan TBS kelapa sawit menggunakan baterai sebagai sumber tenaga komponen elektronika. Instrumen tersebut direncanakan dipakai untuk menentukan TBS kelapa sawit jenis Yangambi yang masih berada di atas pohon dengan masa tanam 7-10 tahun. Proses penentu kemasakan TBS kelapa sawit dilakukan oleh unit sensor. Fotodioda akan menangkap pantulan gelombang cahaya TBS dari LED inframerah yang dapat merepresentasikan kemasakan TBS. Data panjang gelombang kemasakan TBS yang ditangkap oleh unit sensor akan diterjemahkan oleh unit pemrosesan yang terbagi ke dalam beberapa jenis fraksi kemasakan.

Pada Instrumen Penentu Kemasakan TBS Kelapa Sawit tersebut, Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan nilai pengukuran latar hitam dan putih sebagai acuan pengukuran, karena pada latar hitam seluruh pancaran cahaya akan diserap karena dan pada latar putih seluruh pancaran cahaya akan dipantulkan. Saat peneliti melakukan pengukuran, latar hitam menghasilkan nilai digital tertinggi dan latar putih menghasilkan nilai digital terendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai intensitas pemantulan cahaya mampu dideteksi oleh sensor fotodioda.

Instrumen penentu kematangan TBS sawit mampu mendeteksi intensitas pantulan cahaya pada latar gelap dengan baik. Namun instrumen instrument tersebut belum dapat membedakan tingkat fraksi dengan baik jika hanya mengacu pada pola pengukuran di lapangan menggunakan reflektan satu panjang gelombang cahaya. (Iqbal,2013)

Daftar Pustaka

Anonim. 2013. Instrumentasi. http://id. Wikipedia.org/wiki/instrumentasi. Diakses pada 22 Mei 2015
Colthup NB, Daly LH, Wiberley SE. 1975. Introduction to Infrared and Raman Spectroscopy. New York (US): Academic Press.

Juan X, dkk. 2006. Bruise detection on „Golden Delicious‟ apples by vis/NIR spectroscopy. Computers and Electronics in Agriculture 52(1):11 20.doi:10.1016/j.compag.2006.01.006.

Junkwon P,dkk. 2009. Hyperspectral imaging for nondestructive determination of internal qualities for oil palm (Elaeis guineensis Jacq. Var.tenera) . Agricultural Information Research. 18(3):130-141.

Nicolai BM, dkk. 2007. Nondestructive measurement of fruit and vegetable qualityby means of NIR spectroscopy: A review. Postharvest Biology and Technology. 46(1): 99–118. doi:10.1016/j.postharvbio.2007.06.024.

Novianty I. 2008. Analisa spektroskopi reflektans vis-nir untuk mengetahui proses pematangan buah stroberi [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Peirs A, dkk. 2003. Effect of biological variability on the robustness of NIR models for soluble solids content of apples. Postharvest Biology and Technology. 28(1):269-280. doi:10.1016/S0925-5214(02)00196-5.

Razeghi M.1996. Long Wavelength Infrared Detectors.. Amsterdam (NL): Gordon and Breach Science Publishers.
Spectroscopy. New York (US): Academic Press.
Steur B, Schulz H, Lager E. 2001. Classi®cation and analysis of citrus oils by NIR spectroscopy. Food Chemistry. 72(1):113-117.

Syaefullah E, dkk. 2007. Pendugaan Parameter Mutu Buah Pepaya (Carica papaya L.) IPB 1 Menggunakan Near Inftared. Seminar Nasional Ketahanan Pangan PERTETA: 2007 November 15-17; Bandar Lampung, Indonesia. Bogor (ID): PERTETA. hlm 179-185

Yanto A. 2007. Karakterisasi optik buah pisang lampung selama pematangan dengan metode reflektansi vis-nir [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Zaqlul iqbal, 2013.  Rancang Bangun Instrumen Penentu Kematangan Tandan Buah Segar (Tbs) Kelapa Sawit Berbasis Mikrokontroler[skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor

No comments:

Post a Comment