Friday, 3 October 2014

Laporan Praktikum Fisika.Linier I

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA






Nama                           : Arrofath Munawar
NPM                           : E1G013044
Prodi                           : Teknologi Industri Pertanian



LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang didasarkan atas percobaan. Dalam percobaan, pengukuran merupakan salah satu hal yang tidak boleh ditinggalkan. Mengukur merupakan sesuatu hal yang penting untuk dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Selain dalam proses pembelajaran, pengukuran juga kerap kali dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengukur adalah proses membandingkan ukuran (dimensi) yang tidak diketahui
terhadap standar ukuran tertentu. Alat ukur yang baik merupakan kunci dari
proses produksi massal. Tanpa alat ukur, elemen mesin tidak dapat dibuat
cukup akurat untuk menjadi mampu tukar (interchangeable). Pada waktu merakit,
komponen yang dirakit harus sesuai satu sama lain. Pada saat ini, alat ukur merupakan
alat penting dalam proses pemesinan dari awal pembuatan sampai dengan kontrol
kualitas di akhir produksi.
Pengukuran suatu objek dilakukan menggunakan alat ukur. Setiap alat ukur mempunyai fungsi atau kegunaan yang berbeda-beda. Selain fungsinya yang berbeda-beda, setiap alat ukur juga mempunyai karakteristik dan sklala yang berbeda- beda, serta cara penggunaan dan cara membaca skala yang berbeda-beda pula.
Contoh  alat ukur dasar dalam fisika adalah mikrometer sekrup dan jangka sorong. Mikrometer sekrup merupakan alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat, serta berbagai onderdil kendaraan yang berukuran kecil. Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0,01 mm. Mikrometer digunakan juga dalam teknik mesin electro untuk mengukur ketebalan secara tepat dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan batang-batang slot. Sedangkan Jangka sorong adalah alat ukur yang sering digunakan di bengkel mesin. Jangka sorong berfungsi sebagai alat ukur yang biasa dipakai operator mesin, yang dapat mengukur panjang sampai dengan 200 mm, ketelitian 0,05 mm.
1.2 Tujuan
            a. Menentukan panjang, ketebalan dan diameter benda dengan menggunakan jangka sorong (caliper gauge).
            b. menentukan ketebalan kertas, kawat, balok, benda persegi (plate) dengan mikrometer sekrup.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Jangka sorong adalah alat ukur yang sering digunakan di bengkel mesin. Jangka sorong berfungsi sebagai alat ukur yang biasa dipakai operator mesin, yang dapat mengukur panjang sampai dengan 200 mm, ketelitian 0,05 mm. Jangka sorong dapat mengukur panjang dengan rahangnya, kedalaman dengan ekornya, dan lebar celah dengan sensor bagian atas. Jangka sorong memiliki skala ukur (vernier scale) dengan cara pembacaan tertentu. Ada juga jangka sorong yang dilengkapi jam ukur atau dilengkapi penunjuk ukuran digital. Pengukuran menggunakan jangka sorong dilakukan dengan cara menyentuhkan sensor ukur pada benda kerja yang akan diukur. Pembacaan hasil pengukuran jangka sorong yang menggunakan jam ukur dilakukan dengan cara membaca skala utama ditambah jarak yang ditunjukkan oleh jam ukur. Untuk jangka sorong dengan penunjuk pembacaan digital, hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada monitor digitalnya. Jangka sorong yang menggunakan skala nonius, cara pembacaan ukurannya secara singkat sebagai berikut.. Baca angka mm pada skala utama. • Baca angka kelebihan ukuran dengan cara mencari garis skala utama yang segaris lurus dengan skala nonius. (Hidayat, 2009)
            Kegunaan jangka sorong adalah : (Aliyin, 2013)
·         Untuk mengukur dimensi luar benda.
·         Untuk mengukur dimensi dalam suatu benda, yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.
·         Untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara "menancapkan/menusukkan" bagian ekor pengukur.
Macam – macam jenis jangka sorong, yaitu : (Aliyin, 2013)
1.Vernier Caliper ( with roll wheel )
2.
Vernier Calipers  ( with self-lock )
3.Precision pocket vernier caplier
4. Chiseledge  Vernier Caliper
5.Precision Pocket Vernier Caliper Pocket Vernier Caliper 
6.Gear Tooth Vernier Caliper 
7.Height Vernier Caliper 
8.Digital Deep Vernier Caliper 
9.Dial Vernier Caliper 2  
10.Dial Vernier Caliper Peacock LA-2 
11.Vernier Calipers ( mono-block with fine adjustment ) 
12.Digital Vernier Caliper ( 3-buttons BLG LCD ) 
13.Vernier Calipers  ( mono-block ) 
14.Dial Vernier Calipers

            Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm. Satu mikrometer adalah secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk mengukur ketebalan secara tepat dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan batang-batang slot. Mikrometer ini banyak dipakai dalam metrology, studi dari pengukuran. Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi berikut : (Anonim, 2013)
1. Mikrometer Luar Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang.
2. Mikrometer dalam Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur garis tengah dari lubang suatu benda.
3. Mikrometer kedalaman Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot.
Satu mikrometer ditetapkan dengan menggunakan satu mekanisme sekrup titik nada. Satu fitur yang menarik tambahan dari mikrometer-mikrometer adalah pemasukan satu tangkai menjadi bengkok yang terisi. Secara normal, orang bisa menggunakan keuntungan mekanis sekrup untuk menekan material, memberi satu pengukuran yang tidak akurat. Dengan cara memasang satu tangkai yang roda bergigi searah keinginan pada satu tenaga putaran tertentu. (Anonim, 2013)
            Secara garis besar, mikrometer sekrup terdiri atas : (Dhika, 2012)
1. Rahang tetap, yang berisi skala utama yang dinyatakan dalam satuan mm. Panjang skala utama umumnya mencapai 25 mm.
2. Poros berulir, yang dipasang pada silinder pemutar (bidal).
3. Rahang geser, yang dihubungkan dengan bidal, yang digunakan untuk memegang benda yang akan diukur bersama dengan rahang tetap.
            Untuk menggunakan mikrometersekrupcdapat dilakukan dengan langkah berikut : (Dhika, 2012)
a). Putar bidal (pemutar) berlawanan arah dengan arah jarum jam sehingga ruang antara kedua rahang cukup untuk ditempati benda yang akan diukur.
b). Letakkan benda di antara kedua rahang.
c). Putar bidal (pemutar) searah jam sehingga saat poros hampir menyentuh benda, pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan benda. Dengan memutar roda berigi ini, putaran akan berhenti segera setelah poros menyentuh benda. Jika sampai menyentuh benda yang diukur, pengukuran menjadi tidak teliti.
d). Putar sekrup penggeser hingga terdengar bunyi klik satu kali.
e). Baca hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius dengan rumus :
    H = (skala utama x 0,5 mm) + (skala nonius x 0,01 mm)




DAFTAR PUSTAKA

M.A. Hidayat. 2009. Pengukuran Linier Langsung. http://mahidayat.blogspot.com/2009/11/pengukuran-linier-langsung.html. Diakses pada 26 November 2013 pukul 19.04
Anonim. 2013. Mikrometer. http://id.wikipedia.org/wiki/Mikrometer. Diakses pada 26 November 2013 pukul 19.45
Aliyin. 2013. Macam-Macam Jangka Sorong Dan Mikrometer. http://afaysum.blogspot.com/2013/06/macam-macam-jangka-sorong-dan-mikro.html. Diakses pada 03 Desember 2013 pukul 18.11
Dhika. 2012. Mikrometer Sekrup. http://mahasiswa-sibuk.blogspot.com/2012/01/mikrometer-sekrup.html. Diakses pada 03 Desember 2013 pukul 18.46




LAPORAN SEMENTARA

Nama                          : Arrofath Munawar
Npm                            : E1G013044
Prodi                           : Teknologi Industri Pertanian
Hari/tgl percobaan    : Rabu, 20 November 2013

Hasil percobaan 1      : PENGUKURAN LINIER 1
Tabel 1.1 Hasil pengukuran berbagai benda
No
Alat ukur
Hasil pengukuran
Batu (mm)
Pipa (mm)
Benda pipih (mm)
Kawat (mm)
Kertas (mm)

1
2
3
Jangka sorong
Pangkal
Tengah
Ujung

15,45
15,45
13,35

22,1
22,1
22,1

5,45
6,05
5,45

5,45
5,45
5,45

0,25
0,25
0,25
Rata-rata
14,75
22,1
5,65
5,45
0,25


1
2
3
Mikrometer sekrup
Pangkal
Tengah
Ujung


14,7
14,21
12,48


22,0
22,0
22,0


4,7
4,33
4,22


7,17
6,16
6,46


0,98
0,98
0,98

Rata-rata
13,79
22,0
4,41
6,59
0,98


Asisten                                                                          Dosen Pengampu,


(                                   )                                                        (                                      )


Catatan :
1. Tandatangan harus asli, apabila fotocopy dianggap tidak mengikuti praktikum dan nilai laporan NOL.

2. Laporan sementara harus dilampirkan pada laporan mingguan.

Laporan Praktikum Kimia.Termokimia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK





Nama                           : Arrofath Munawar
NPM                           : E1G013044
Prodi                           : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok                   : 2 (Dua)
Hari/jam                      : Kamis jam 14.00-16.00
Tanggal                       : 24 oktober 2013
Ko-ass                         : 1. Reski Pratama
                                      2. Tatik Sulasmi
Dosen                          : 1. Dra. Devi Silsia, M.Si
                                      2. Drs. Syafnil.M.Si
Objek Praktikum         : Termokimia

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU

2013




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Termokimia adalah bagian dari termodinamika yang membahas masalah perubahan panas reaksi kimia. Panas reaksi kimia suatu sistem dapat dilepaskan (eksoterm) maupun diserap (endoterm). Perubahan panas reaksi dapat diukur dengan kalorimeter. Prinsip kerja kalorimeter yaitu dengan mengisolasi panas dalam sistem agar panasnya tidak berpindah ke lingkungan.
            Secara eksperimen kalor reaksi dapat ditentukan dengan kalorimeter. Tapi tidak semua reaksi dapat ditentukan kalor reaksinya secara kalorimetrik. Penentuan ini terbatas pada reaksi-reaksi berkesudahan yang berlangsung dengan cepat seperti pada reaksi pembakaran, reaksi penetralan, dan reaksi pelarutan
Salah satu penerapan dari kalorimeter adalah termos air panas. Termos air panas selalu menjaga panas di dalam sistem agar tidak terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungannya. Prinsip kerja ini sama dengan prinsip kerja kalorimeter yang akan dilakukan pada percobaan ini.

1.2 Tujuan
            1. Mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana
2. Menghitung kalor pelarutan secara langsung
3. Mengumpulkan dan menganalisa data termokimia



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi yang terlibat dalam suatu reaksi kimia. Oleh karena kalor reaksi adalah suatu bentuk energi dan sebagian besar reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap, maka kalor reaksi dinyatakan sebagai perubahan entalpi ( H ). (Brady,1999)
Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya hal ini menyebabkan perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya. Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan satu angka, perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik maka tanda perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi –ΔH). (Johari, 2006)
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia. Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan. Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika, karena termokimia menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan. (Anonim, 2012)
Termodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi di dalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa teknologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi. (Anonim, 2012)
Suatu sistem termodinamika adalah suatu masa atau daerah yang dipilih untuk dijadikan objek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai lingkungan. Batas antara sistem dengan lingkungannya disebut batas sistem (boundary), aplikasinya batas sistem merupakan bagian dari sistem maupun lingkungannya, dan dapat tetap atau dapat berubah posisi atau bergerak. Penerapan hukum termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan bahan kajian dari termokimia. Hukum I Termodinamika menyatakan, “Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah konstan.” (Anonim, 2012)
Reaksi kimia berlangsung disertai perubahan energi berupa penyerapan atau pelepasan kalor (panas). Reaksi kimia yang melibatkan penyerapan kalor disebut reaksi endoterm, sedangkan reaksi kimia yang melibatkan pelepasan kalor disebut reaksi eksoterm.
(Anonim, 2012)



BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan bahan
1. NaOH / Kapur                                1. Kalorimeter / erlenmeyer
2. NH4NO3                                                       2. Gelas ukur
3. Aquades                                          3. Termometer
4. Pemanas air / kompor
5. Stop watch / jam
6. Batang pengaduk
7. Gelas piala
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Menentukan tetapan kalorimeter
       1. Mengambil 30 mL aquades dengan gelas ukur.
       2. Menuangkan kedalam kalorimeter.
3. Menutup kalorimeter yang sudah dilengkapi dengan termometer dan alat pengaduk, mencatat suhu (Td).
4. Mengambil lagi 40 mL aquades dengan gelas ukur.
5. Menuangkan ke dalam gelas piala kering dan panaskan sampai suhu 60 – 70 oC.
6. Mengukur suhu air panas dengan tepat (Tp) dengan termometer.
7. Dengan hati-hati dan cepat, memindahkan cairan no 6 ke dalam kalorimeter (no 3) dan menutup kembali. Mencatat suhu setiap 30 detik sambil diaduk.
8. Suhu larutan akan segera mencapai suhu maksimum, lalu perlahan-lahan turun. Bila mulai turun, suhu dicatat setiap 1 menit sampai tidak ada lagi perubahan suhu.
Dengan menganggap bobot 40 mL aquades adalah 40 gram dan kalor jenis aquades adalah 4,184 J/g oC, maka tetapan kalorimeter dapat dihitung dari persamaan:
C. mp. (Tp - Tm) = C md (Tm – Td) + W (Tm – Td)
C              : kalor jenis aquades, 4,184 J/g oC
mp            : bobot aquades panas
md            : bobot aquades dingin
Tp             : suhu aquades setelah dipanaskan
Td             : suhu aquades sebelum dicampur
Tm            : suhu campuran
W             : tetapan kalorimeter, J/g oC
Dari persamaan ini nilai W dapat dicari. Mengulangi prosedur ini dan rata-ratakan hasil yang didapat.
3.2.2 Menentukan  H
     1. Untuk percobaan ini dapat menggunakan NaOH / kapur dan NH4NO3 / urea.
     2. Mengeringkan kalorimeter.
3. Mengambil 35 mL aquades dengan gelas ukur dan memasukkan ke dalam kalorimeter,meng ukur suhunya dengan termometer, mencatat (suhu awal).
4. Menimbang 5 gram NaOH / kapur atau NH4NO3 / urea, lalu memasukkan ke dalam perubahan suhu lagi (suhu tertinggi atau terendah = suhu akhir).
5. Mengulangi percobaan ini dengan bahan yang lain.
6. Menghitung kalor pelarutan untuk ± 5 gram zat dan untuk 1 mol zat.



BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel pengamatan
A. Penentuan Tetapan Kalorimeter
PENGAMATAN
ULANGAN
RATA-RATA
I
II
Suhu aquades panas oC
65 oC
60 oC
62,5 oC
Suhu aquades dingin oC
29 oC
31 oC
30 oC
Suhu campuran oC
42 oC
39 oC
40,5 oC

B. Penentuan Pelarutan NaOH
Waktu (menit)
Suhu ( oC )
Waktu (menit)
Suhu ( oC )
½ menit
36 oC
½ menit
58 oC
1 menit
43 oC
4 menit
63 oC
3/2 menit
49 oC
9/2 menit
74 oC
2 menit
52 oC
5 menit
91 oC
5/2 menit
53 oC
1 ½ menit
93 oC
3 menit
54 oC
6 menit
93 oC

Catatan   :
1.      Vol aquades                                 = 35 mL
2.      Massa NaOH                               = 5 gr
3.      Suhu aquades mula-mula             = 24 oC
4.      Suhu campuran                            = 93 oC



4.2 Perhitungan
Penentuan Tetapan Kalorimeter
            C. mp. (Tp – Tm) = C md (Tm – Td) + W (Tm – Td)
            4,184 . 40 (62,5 – 40,5) = 4,184 . 40 (40,5 – 30) + W (40,5 – 30)
                        167,36 (22)         = 167,36 (10,5) + W (10,5)
                                    3681,92  = 1757,28 + 10,5W
                                    10,5 W               = 3681,92 - 1757,28
                                             W  =

                                       
= 183,2 J/g
            Pengamatan Pelarutan NaOH
           

T NaOH = 36
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (36 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (-57)
                        2415      = -285C
                                  C =
                                  C = 8,47 J/g
            T NaOH = 43
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (43 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (-50)
                        2415      = -250C
                                  C =
                                  C = 9,66 J/g
            T NaOH = 49
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (49 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (-44)
                        2415      = -220C
                                  C =
                                  C = 10,9 J/g
            T NaOH = 52
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (52 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (-41)
                        2415      = -205C
                                  C =
                                  C = 11,7 J/g
           

T NaOH = 53
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (53 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (-40)
                        2415      = -200C
                                  C =
                                  C = 12,075 J/g
            T NaOH = 54
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (54 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (-39)
                        2415      = -195C
                                  C =
                                  C = 12,38 J/g
            T NaOH = 58
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (58 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (-35)
                        2415      = -175C
                                  C =
                                  C = 13,8 J/g
            T NaOH = 63
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (63 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (-30)
                        2415      = -150C
                                  C =
                                  C = 16,1 J/g
            T NaOH = 74
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (74 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (-19)
                        2415      = -95C
                                  C =
                                  C = 25,4 J/g
            T NaOH = 91
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (91 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (-2)
                        2415      = -10C
                                  C =
                                  C = 241,5 J/g
T NaOH = 93
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (93 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (0)
                        2415      = -0C
                                  C =
                                  C = 0 J/g
            T NaOH = 93
                        Qair = QNaOH
            m . Cair .
T    = m . C . T  
            35. 1. (93 – 24) = 5. C. (93 – 93)
                  35 (69)         = 5. C. (0)
                        2415      = -0C
                                  C =
                                  C = 0 J/g


BAB V
PEMBAHASAN

Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi yang terlibat dalam suatu reaksi kimia. Oleh karena kalor reaksi adalah suatu bentuk energi dan sebagian besar reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap, maka kalor reaksi dinyatakan sebagai perubahan entalpi ( H ). (Brady,1999)
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia. Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan. Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika, karena termokimia menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan.
       Percobaan ini bertujuan supaya praktikan dapat mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana, yaitu kalorimeter. Praktikan juga dituntut untuk mengumpulkan data termokimia sekaligus menganalisanya. Kemudian menghitung kalor pelarutan secara langsung.
       Adapun langkah-langkah yang kami lewati pada penentuan tetapan kalorimeter ialah; mula-mula kami mengambil 40 mL aquades dengan menggunakan gelas ukur. Lalu kami tuangkan aquades tadi kedalam kalorimeter dan kami tutup kalorimeter tersebut, kemudian kami ukur suhu menggunakan termometer dan mempunyai suhu 29 oC, sekaligus mencatatnya. Berikutnya kami mengambil lagi 40 mL aquades menggunakan gelas ukur, lalu kami tuangkan kedalam gelas piala dan memanaskan hingga suhu 65 oC. Setelah itu kami tuangkan ke dalam kalorimeter, sehingga aquades dingin dan aquades panas menyatu. Secara bersamaan kami mengaduk aquades dan mengukur suhu menggunakan termometer setiap 30 detik. Secara berturut-turut kami catat suhu yaitu 37oC, 41 oC, 42 oC, 42 oC. Pada ulangan kedua, kami melakukan prosedur yang sama tetapi mendapatkan nilai suhu yang berbeda, yaitu: suhu aquades mula-mula (dingin) bersuhu 31 oC, lalu kami panaskan hingga 60 oC. Setelah kami campur antara aquades dingin dan aquades pans dalam kalorimeter, bersuhu 39 oC. Dari data ulangan satu dan dua tersebut, kami menghitung nilai rata-rata dengan hasil: suhu aquades panas ialah 62,5 oC, suhu aquades dingin 30 oC, dan rata-rata aquades campuran bersuhu 40,5 oC.
            Pada percobaan menentukan ΔH, adapun langkah-langkah yang kami lewati yaitu: pertama-tama kami mencuci kalorimeter, kemudian kami mengambil 35 mL aquades menggunakan gelas ukur dan memasukkannya ke dalam kalorimeter sekaligus mengukur suhunya menggunakan termometer dan mencatatnya, yaitu 24 oC. Berikutnya kami menimbang NaOH seberat 5 gram dan kami masukkan kedalam kalorimeter sambil mengaduknya. Kami juga mengukur suhunya dengan waktu yang tidak menentu dan mencatat hasilnya.
       Dari kedua percobaan tersebut, dapat kami pahami suhu aquades dingin saat dicampur dengan aquades panas mula-mula akan naik, kemudian apabila sudah mencapai suhu maksimum maka suhu akan turun kembali. Dan juga, apabila NaOH dicampur dengan aquades maka akan menimbulkan suhu panas yang dapat menyamai atau melebihi suhu saat dicampur dengan aquades panas.



BAB VI
PENUTUP


6.1 Kesimpulan
       Dari percobaan ini, dapat dipahami praktikan sudah dapat mengukur kalor reaksi dan menghitung kalor pelarutan secara langsung dengan alat yang yang sederhana yaitu dengan kalorimeter dan termometer. Praktikan juga telah mengumpulkan dan menganalisa data tentang termokimia yang telah dicantumkan pada bab IV hasil pengamatan.

6.2 Saran
       Praktikan sebaiknya lebih teliti dalam mengukur bahan-bahan yang akan di uji cobakan, seperti saat mengukur 5 gram NaOH, apabila lebih maka kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan percobaan kita. Karena NaOH suhunya naik saat dicampur aquades.



BAB VII
JAWABAN PERTANYAAN

1.      Untuk melarutkan NaOH dalam prosedur 2, berapa H pelarutan jika seandainnya kalor yang diterima kalorimeter adalah nol.
Jawab  :
            Q kalorimeter = 0        >>>     Q NaOH + QAquades = 0
            QNaOH    = - (maquades x CAquades x t ) + ( W x t )
                        = - ( 40x10-3 ) x (4,184 x 13 ) + (195, 253 x 10-3 x 13 )
                        = -2175,68 x 10-3 + 2538,289 x 10-3
                                = 362,609 x 10-3 joule

            ΔHNaOH                = QNaOH  MrNaOH
                                                     GramNaOH
                                    = 362,609 x 10-3  x  40
                                                                 5 gram
                                    = 362,609 x 10-3  x  8
                                    = 2900,872 x 10-3 J

2.      Apa pengaruhnya terhadap H pelarutan, bila aquades diganti dengan pelarut lain seperti HCl?
Jawab  :
            Apabila aquades diganti dengan pelarut yang lain, maka akan terjadi perubahan terhadap nilai H, misalnya apabila diganti dengan HCl, maka pada termometer tidak akan terjadi penurunan suhu, karena massa jenis HCl lebih besar dan merupakan larutan yang pekat. Sebaiknya apabila diganti dengan NaOH, maka akan diperlukan waktu yang relatif lebih lama untuk mencapai perubahan/penurunan suhu, sehingga akan menyebabkan nilai H akan semakin kecil.

3.      Simpulkan harga H pelarutan NaOH, bila jumlah NaOH ditambah atau dikurangi dari 5 gram?
Jawab  :
A. misal ditambah 1 gram
            ΔHNaOH                = QNaOH x MrNaOH
                                                     GramNaOH
                                    = 362,609 x 10-3 x MrNaOH
                                                     GramNaOH
                                    = 2417, 3933 x 10-3 J

B. Misal dikurangi 1 gram
ΔHNaOH                = QNaOH  MrNaOH
                                        GramNaOH
                        = 3626, 09 x 10-3 J

Jadi, apabila jumlah pelarut NaOH ditambah, maka H pelarutan NaOH akan semakin kecil, dan berlaku sebaliknya. Apabila jumlah pelarut NaOH diurangi maka H pelarutan NaOH akan menjadi semakin besar. Hal ini disebabkan bahwa H pelarutan berbanding terbalik dengan massa pelarutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Termokimia dan Entalpi. http://ramadhanakurnia.blogspot.com/. Diakses pada 04 Desember 2013 pukul 12.28
Brady, J.E.1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara.
Johari, J.M.C., Rachmawati, M. 2006. Kimia 2. Jakarta: Penerbit Esis.