LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
Nama : Arrofath Munawar
NPM :
E1G013044
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok
: 2 (Dua)
Hari/jam : Kamis jam 14.00-16.00
Tanggal : 24 oktober 2013
Ko-ass : 1. Reski Pratama
2. Tatik Sulasmi
Dosen : 1. Dra. Devi Silsia, M.Si
2. Drs. Syafnil.M.Si
Objek Praktikum : Termokimia
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Termokimia adalah bagian dari
termodinamika yang membahas masalah perubahan panas reaksi kimia. Panas reaksi
kimia suatu sistem dapat dilepaskan (eksoterm) maupun diserap (endoterm).
Perubahan panas reaksi dapat diukur dengan kalorimeter. Prinsip kerja kalorimeter
yaitu dengan mengisolasi panas dalam sistem agar panasnya tidak berpindah ke
lingkungan.
Secara
eksperimen kalor reaksi dapat ditentukan dengan kalorimeter. Tapi tidak semua
reaksi dapat ditentukan kalor reaksinya secara kalorimetrik. Penentuan ini
terbatas pada reaksi-reaksi berkesudahan yang berlangsung dengan cepat seperti
pada reaksi pembakaran, reaksi penetralan, dan reaksi pelarutan
Salah satu penerapan dari
kalorimeter adalah termos air panas. Termos air panas selalu menjaga panas di
dalam sistem agar tidak terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungannya.
Prinsip kerja ini sama dengan prinsip kerja kalorimeter yang akan dilakukan
pada percobaan ini.
1.2
Tujuan
1. Mengukur
kalor reaksi dengan alat yang sederhana
2.
Menghitung kalor pelarutan secara langsung
3.
Mengumpulkan dan menganalisa data termokimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi yang
terlibat dalam suatu reaksi kimia. Oleh karena kalor reaksi adalah suatu bentuk
energi dan sebagian besar reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap, maka
kalor reaksi dinyatakan sebagai perubahan entalpi ( H ). (Brady,1999)
Menurut hukum Hess, karena entalpi
adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama,
walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan
kata lain, hanya keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan
entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya hal ini
menyebabkan perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk
mencapainya. Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung
sekalipun tidak diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi
aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui.
Persamaan-persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui.
Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan
semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan
reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan satu angka, perubahan entalpinya juga
harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik maka tanda perubahan entalpi
harus dibalik pula (yaitu menjadi –ΔH). (Johari, 2006)
Termokimia merupakan penerapan hukum
pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang
menyertai reaksi kimia. Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang
kimia yang menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan
kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan. Termokimia erat
kaitannya dengan termodinamika, karena termokimia menangani pengukuran dan
penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan
pembentukan larutan. (Anonim, 2012)
Termodinamika merupakan ilmu tentang
energi, yang secara spesifik membahas tentang hubungan antara energi panas
dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi di dalam alam dapat terwujud
dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia,
energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat
gaya magnit, dan lain-lain. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk
lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa teknologi. Selain itu energi di
alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang
terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada
pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi
atau kekekalan energi. (Anonim, 2012)
Suatu sistem termodinamika adalah suatu
masa atau daerah yang dipilih untuk dijadikan objek analisis. Daerah sekitar
sistem tersebut disebut sebagai lingkungan. Batas antara sistem dengan
lingkungannya disebut batas sistem (boundary), aplikasinya batas sistem
merupakan bagian dari sistem maupun lingkungannya, dan dapat tetap atau dapat
berubah posisi atau bergerak. Penerapan hukum termodinamika pertama dalam
bidang kimia merupakan bahan kajian dari termokimia. Hukum I Termodinamika
menyatakan, “Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah
konstan.” (Anonim, 2012)
Reaksi kimia berlangsung disertai
perubahan energi berupa penyerapan atau pelepasan kalor (panas). Reaksi kimia
yang melibatkan penyerapan kalor disebut reaksi endoterm, sedangkan reaksi
kimia yang melibatkan pelepasan kalor disebut reaksi eksoterm.
(Anonim, 2012)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan
1.
NaOH / Kapur 1.
Kalorimeter / erlenmeyer
2.
NH4NO3 2.
Gelas ukur
3.
Aquades 3. Termometer
4. Pemanas air / kompor
5. Stop watch / jam
6. Batang pengaduk
7. Gelas piala
3.2
Cara Kerja
3.2.1
Menentukan tetapan kalorimeter
1. Mengambil 30 mL
aquades dengan gelas ukur.
2. Menuangkan kedalam kalorimeter.
3. Menutup kalorimeter
yang sudah dilengkapi dengan termometer dan alat pengaduk, mencatat suhu (Td).
4. Mengambil lagi 40 mL
aquades dengan gelas ukur.
5. Menuangkan ke dalam
gelas piala kering dan panaskan sampai suhu 60 – 70 oC.
6. Mengukur suhu air
panas dengan tepat (Tp) dengan termometer.
7. Dengan hati-hati dan
cepat, memindahkan cairan no 6 ke dalam kalorimeter (no 3) dan menutup kembali.
Mencatat suhu setiap 30 detik sambil diaduk.
8. Suhu larutan akan
segera mencapai suhu maksimum, lalu perlahan-lahan turun. Bila mulai turun,
suhu dicatat setiap 1 menit sampai tidak ada lagi perubahan suhu.
Dengan menganggap bobot 40 mL aquades
adalah 40 gram dan kalor jenis aquades adalah 4,184 J/g oC, maka
tetapan kalorimeter dapat dihitung dari persamaan:
C.
mp. (Tp - Tm) = C md (Tm – Td) + W (Tm – Td)
C :
kalor jenis aquades, 4,184 J/g oC
mp :
bobot aquades panas
md :
bobot aquades dingin
Tp :
suhu aquades setelah dipanaskan
Td :
suhu aquades sebelum dicampur
Tm :
suhu campuran
W :
tetapan kalorimeter, J/g oC
Dari
persamaan ini nilai W dapat dicari. Mengulangi prosedur ini dan rata-ratakan
hasil yang didapat.
3.2.2
Menentukan ∆H
1. Untuk percobaan ini
dapat menggunakan NaOH / kapur dan NH4NO3 / urea.
2. Mengeringkan kalorimeter.
3. Mengambil 35 mL aquades dengan gelas
ukur dan memasukkan ke dalam kalorimeter,meng ukur suhunya dengan termometer,
mencatat (suhu awal).
4. Menimbang 5 gram NaOH / kapur atau NH4NO3
/ urea, lalu memasukkan ke dalam perubahan suhu lagi (suhu tertinggi atau
terendah = suhu akhir).
5. Mengulangi percobaan ini dengan bahan
yang lain.
6. Menghitung kalor pelarutan untuk ± 5
gram zat dan untuk 1 mol zat.
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
4.1 Tabel pengamatan
A. Penentuan Tetapan Kalorimeter
PENGAMATAN
|
ULANGAN
|
RATA-RATA
|
|
I
|
II
|
||
Suhu aquades panas oC
|
65 oC
|
60 oC
|
62,5 oC
|
Suhu aquades dingin oC
|
29 oC
|
31 oC
|
30 oC
|
Suhu campuran oC
|
42 oC
|
39 oC
|
40,5 oC
|
B. Penentuan Pelarutan NaOH
Waktu
(menit)
|
Suhu
( oC )
|
Waktu
(menit)
|
Suhu
( oC )
|
½ menit
|
36 oC
|
½ menit
|
58 oC
|
1 menit
|
43 oC
|
4 menit
|
63 oC
|
3/2
menit
|
49 oC
|
9/2
menit
|
74 oC
|
2 menit
|
52 oC
|
5 menit
|
91 oC
|
5/2
menit
|
53 oC
|
1 ½ menit
|
93 oC
|
3 menit
|
54 oC
|
6 menit
|
93 oC
|
Catatan :
1.
Vol aquades = 35 mL
2.
Massa NaOH = 5 gr
3.
Suhu aquades
mula-mula =
24 oC
4. Suhu
campuran = 93 oC
4.2
Perhitungan
Penentuan Tetapan Kalorimeter
C. mp. (Tp – Tm) = C md (Tm – Td) + W (Tm – Td)
4,184 . 40 (62,5 – 40,5) = 4,184 . 40 (40,5 – 30) + W (40,5 – 30)
167,36 (22) = 167,36 (10,5) + W (10,5)
3681,92 = 1757,28 + 10,5W
10,5 W = 3681,92 - 1757,28
W =
= 183,2 J/g
4,184 . 40 (62,5 – 40,5) = 4,184 . 40 (40,5 – 30) + W (40,5 – 30)
167,36 (22) = 167,36 (10,5) + W (10,5)
3681,92 = 1757,28 + 10,5W
10,5 W = 3681,92 - 1757,28
W =
= 183,2 J/g
Pengamatan Pelarutan NaOH
T NaOH = 36
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (36 – 93)
35 (69) = 5. C. (-57)
2415 = -285C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (36 – 93)
35 (69) = 5. C. (-57)
2415 = -285C
C =
C = 8,47 J/g
T NaOH = 43
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (43 – 93)
35 (69) = 5. C. (-50)
2415 = -250C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (43 – 93)
35 (69) = 5. C. (-50)
2415 = -250C
C =
C = 9,66 J/g
T NaOH = 49
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (49 – 93)
35 (69) = 5. C. (-44)
2415 = -220C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (49 – 93)
35 (69) = 5. C. (-44)
2415 = -220C
C =
C = 10,9 J/g
T NaOH = 52
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (52 – 93)
35 (69) = 5. C. (-41)
2415 = -205C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (52 – 93)
35 (69) = 5. C. (-41)
2415 = -205C
C =
C = 11,7 J/g
T NaOH = 53
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (53 – 93)
35 (69) = 5. C. (-40)
2415 = -200C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (53 – 93)
35 (69) = 5. C. (-40)
2415 = -200C
C =
C = 12,075
J/g
T NaOH = 54
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (54 – 93)
35 (69) = 5. C. (-39)
2415 = -195C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (54 – 93)
35 (69) = 5. C. (-39)
2415 = -195C
C =
C = 12,38 J/g
T NaOH = 58
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (58 – 93)
35 (69) = 5. C. (-35)
2415 = -175C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (58 – 93)
35 (69) = 5. C. (-35)
2415 = -175C
C =
C = 13,8 J/g
T NaOH = 63
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (63 – 93)
35 (69) = 5. C. (-30)
2415 = -150C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (63 – 93)
35 (69) = 5. C. (-30)
2415 = -150C
C =
C = 16,1 J/g
T NaOH = 74
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (74 – 93)
35 (69) = 5. C. (-19)
2415 = -95C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (74 – 93)
35 (69) = 5. C. (-19)
2415 = -95C
C =
C = 25,4 J/g
T NaOH = 91
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (91 – 93)
35 (69) = 5. C. (-2)
2415 = -10C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (91 – 93)
35 (69) = 5. C. (-2)
2415 = -10C
C =
C = 241,5 J/g
T NaOH = 93
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (93 – 93)
35 (69) = 5. C. (0)
2415 = -0C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (93 – 93)
35 (69) = 5. C. (0)
2415 = -0C
C =
C = 0 J/g
T NaOH = 93
Qair = QNaOH
m . Cair .
T = m . C .
T
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (93 – 93)
35 (69) = 5. C. (0)
2415 = -0C
C =
m . Cair .
35. 1. (93 – 24) = 5. C. (93 – 93)
35 (69) = 5. C. (0)
2415 = -0C
C =
C = 0 J/g
BAB V
PEMBAHASAN
Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi yang
terlibat dalam suatu reaksi kimia. Oleh karena kalor reaksi adalah suatu bentuk
energi dan sebagian besar reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap, maka
kalor reaksi dinyatakan sebagai perubahan entalpi ( H ). (Brady,1999)
Termokimia merupakan penerapan hukum
pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang
menyertai reaksi kimia. Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang
kimia yang menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan
kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan. Termokimia erat
kaitannya dengan termodinamika, karena termokimia menangani pengukuran dan
penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan
pembentukan larutan.
Percobaan ini bertujuan supaya praktikan
dapat mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana, yaitu kalorimeter. Praktikan
juga dituntut untuk mengumpulkan data termokimia sekaligus menganalisanya.
Kemudian menghitung kalor pelarutan secara langsung.
Adapun langkah-langkah yang kami lewati pada
penentuan tetapan kalorimeter ialah; mula-mula kami mengambil 40 mL aquades
dengan menggunakan gelas ukur. Lalu kami tuangkan aquades tadi kedalam
kalorimeter dan kami tutup kalorimeter tersebut, kemudian kami ukur suhu
menggunakan termometer dan mempunyai suhu 29 oC, sekaligus
mencatatnya. Berikutnya kami mengambil lagi 40 mL aquades menggunakan gelas
ukur, lalu kami tuangkan kedalam gelas piala dan memanaskan hingga suhu 65 oC.
Setelah itu kami tuangkan ke dalam kalorimeter, sehingga aquades dingin dan
aquades panas menyatu. Secara bersamaan kami mengaduk aquades dan mengukur suhu
menggunakan termometer setiap 30 detik. Secara berturut-turut kami catat suhu
yaitu 37oC, 41 oC, 42 oC, 42 oC.
Pada ulangan kedua, kami melakukan prosedur yang sama tetapi mendapatkan nilai
suhu yang berbeda, yaitu: suhu aquades mula-mula (dingin) bersuhu 31 oC,
lalu kami panaskan hingga 60 oC. Setelah kami campur antara aquades
dingin dan aquades pans dalam kalorimeter, bersuhu 39 oC. Dari data
ulangan satu dan dua tersebut, kami menghitung nilai rata-rata dengan hasil:
suhu aquades panas ialah 62,5 oC, suhu aquades dingin 30 oC,
dan rata-rata aquades campuran bersuhu 40,5 oC.
Pada
percobaan menentukan ΔH, adapun langkah-langkah yang kami lewati yaitu:
pertama-tama kami mencuci kalorimeter, kemudian kami mengambil 35 mL aquades
menggunakan gelas ukur dan memasukkannya ke dalam kalorimeter sekaligus
mengukur suhunya menggunakan termometer dan mencatatnya, yaitu 24 oC.
Berikutnya kami menimbang NaOH seberat 5 gram dan kami masukkan kedalam
kalorimeter sambil mengaduknya. Kami juga mengukur suhunya dengan waktu yang
tidak menentu dan mencatat hasilnya.
Dari kedua percobaan tersebut, dapat kami
pahami suhu aquades dingin saat dicampur dengan aquades panas mula-mula akan
naik, kemudian apabila sudah mencapai suhu maksimum maka suhu akan turun
kembali. Dan juga, apabila NaOH dicampur dengan aquades maka akan menimbulkan
suhu panas yang dapat menyamai atau melebihi suhu saat dicampur dengan aquades
panas.
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Dari percobaan ini,
dapat dipahami praktikan sudah dapat mengukur kalor reaksi dan menghitung kalor
pelarutan secara langsung dengan alat yang yang sederhana yaitu dengan
kalorimeter dan termometer. Praktikan juga telah mengumpulkan dan menganalisa
data tentang termokimia yang telah dicantumkan pada bab IV hasil pengamatan.
6.2
Saran
Praktikan sebaiknya
lebih teliti dalam mengukur bahan-bahan yang akan di uji cobakan, seperti saat
mengukur 5 gram NaOH, apabila lebih maka kita tidak tahu apa yang akan terjadi
dengan percobaan kita. Karena NaOH suhunya naik saat dicampur aquades.
BAB
VII
JAWABAN
PERTANYAAN
1. Untuk melarutkan
NaOH dalam prosedur 2, berapa
H pelarutan jika
seandainnya kalor yang diterima kalorimeter adalah nol.
Jawab :
Q kalorimeter = 0 >>> Q NaOH + QAquades = 0
QNaOH = - (maquades x CAquades x t ) + ( W
x t )
= - ( 40x10-3
) x (4,184 x 13 ) + (195, 253 x 10-3 x 13 )
= -2175,68 x 10-3 +
2538,289 x 10-3
=
362,609 x 10-3 joule
ΔHNaOH = QNaOH
x MrNaOH
GramNaOH
= 362,609 x
10-3 x 40
5 gram
= 362,609 x
10-3 x 8
= 2900,872 x
10-3 J
2.
Apa pengaruhnya terhadap
H pelarutan, bila
aquades diganti dengan pelarut lain seperti HCl?
Jawab :
Apabila aquades diganti dengan
pelarut yang lain, maka akan terjadi perubahan terhadap nilai H, misalnya
apabila diganti dengan HCl, maka pada termometer tidak akan terjadi penurunan
suhu, karena massa jenis HCl lebih besar dan merupakan larutan yang pekat.
Sebaiknya apabila diganti dengan NaOH, maka akan diperlukan waktu yang relatif
lebih lama untuk mencapai perubahan/penurunan suhu, sehingga akan menyebabkan
nilai H akan semakin kecil.
3.
Simpulkan harga
H pelarutan NaOH,
bila jumlah NaOH ditambah atau dikurangi dari 5 gram?
Jawab :
A. misal ditambah 1 gram
ΔHNaOH = QNaOH x MrNaOH
GramNaOH
=
362,609 x 10-3 x MrNaOH
GramNaOH
=
2417, 3933 x 10-3 J
B. Misal dikurangi 1 gram
ΔHNaOH = QNaOH x
MrNaOH
GramNaOH
=
3626, 09 x 10-3 J
Jadi, apabila jumlah pelarut NaOH ditambah, maka H
pelarutan NaOH akan semakin kecil, dan berlaku sebaliknya. Apabila jumlah
pelarut NaOH diurangi maka H pelarutan NaOH akan menjadi semakin besar. Hal ini
disebabkan bahwa H pelarutan berbanding terbalik dengan massa pelarutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Termokimia
dan Entalpi. http://ramadhanakurnia.blogspot.com/. Diakses
pada 04 Desember 2013 pukul 12.28
Brady, J.E.1999. Kimia Universitas Asas dan
Struktur Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara.
Johari, J.M.C.,
Rachmawati, M. 2006. Kimia 2. Jakarta: Penerbit Esis.
No comments:
Post a Comment